Green News
Inggris Krisis Pangan, Harga 'Selangit' Gegara Cuaca Ekstrem
Kentang dan selada paling terdampak, produksinya berkurang dan harganya mahal.
Kamis, 18 April 2024
Inggris menghadapi krisis pangan dan kenaikan harga akibat cuaca ekstrem. Kentang dan selada paling terdampak. (PEXELS/Engin Akyurt).
Denpasar. Inggris menghadapi pangan">krisis pangan dan kenaikan pangan">harga pangan karena cuaca ekstrem akibat perubahan iklim. Sebab, hasil pertanian merosot, baik di dalam maupun dari luar negeri.
Curah hujan yang tinggi mengakibatkan para petani di banyak wilayah di Inggris tidak dapat menanam tanaman, seperti kentang, gandum, hingga sayur-sayuran selama musim semi. Kualitas tanaman pun buruk, bahkan ada yang membusuk di dalam tanah.
Cuaca basah terus menerus juga membuat angka kematian domba di perbukitan Inggris meningkat. Sementara sejumlah sapi perah tidak dapat merumput, yang berarti produksi susu menjadi lebih sedikit.
Kelompok pertanian mengatakan Inggris akan bergantung pada impor. Tetapi, kondisi cuaca basah yang serupa di negara-negara Eropa, seperti Prancis dan Jerman, serta kekeringan di Maroko, juga membatasi mereka mengekspor pangan.
Para ekonom memperingatkan bahwa hal ini akan memicu inflasi pangan, yang berarti harga-pangan">harga pangan di supermarket akan menjadi lebih mahal.
Tom Bradshaw, Presiden Persatuan Petani Nasional Inggris, mengatakan pasar pangan runtuh karena petani gagal menghasilkan pangan dalam kondisi yang sulit. "Kami akan mengimpor lebih banyak produk tahun ini," ujarnya, dilansir the Guardian, Selasa (16/4).
Pengecer besar di Inggris menyebut harga grosir kentang naik 60% karena banyaknya hasil panen yang membusuk. Pasokan kentang pun terdampak dari berkurangnya luas tanam hingga 10% pada tahun lalu setelah petani beralih ke tanaman lain.
Jack Ward, Kepala Eksekutif British Growers Association, mengaku khawatir bahwa Inggris tidak akan pernah lagi memiliki jumlah kentang seperti yang diproduksi pada tahun-tahun sebelumnya.
Harga grosir terlalu rendah bagi petani. Pendapatan tidak akan cukup untuk mengatasi tingginya biaya bahan bakar, tenaga kerja, dan mesin, serta dampak kerusakan iklim. "Kami tidak dalam posisi yang baik dan ini jelas 100% tidak berkelanjutan," tutur dia.
Tidak hanya kentang, pasokan wortel juga terdampak tanah yang basah, sehingga produksinya menjadi lebih rendah dari biasanya. Kini, harga wortel pun naik.
Martin Lines, Kepala Eksekutif Jaringan Pertanian Ramah Alam, menambahkan kentang dan selada akan sangat terdampak. "Para petani sudah menghadapi penundaan dalam penanaman dan banyak lahan yang kondisinya buruk. Jika penanaman tetap dilakukan pun, kemungkinan besar terlambat, sehingga berpotensi mengakibatkan kekurangan sayuran akar dan kentang pada musim dingin mendatang," jelasnya.
"Petani berhenti merencanakan penanaman dan memilih untuk mengosongkan lahan atau beralih ke tanaman alternatif. Hal ini dapat mengakibatkan kekurangan gandum, jelai, dan kacang-kacangan karena saat ini tidak menguntungkan menanam tanaman tersebut, karena terlambatnya musim dan perkiraan harga yang rendah," tandasnya.
Wartawan : Gungsri Adisri
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar