Green Lifestyle
Harapan Hidup Diproyeksi Meningkat 5 Tahun pada 2050
Hal itu seiring dengan meningkatnya kesadaran menjaga pola hidup dan makan yang sehat.
Minggu, 26 Mei 2024
Manusia diproyeksi hidup lebih lama seiring dengan meningkatnya kesadaran untuk menjaga pola hidup sehat dan makan sehat. (PEXELS/Tirachard Kumtanom).
Mataram. Di masa depan, manusia diproyeksikan dapat hidup lebih lama. Hal ini seiring dengan meningkatnya kesadaran untuk menjaga pola hidup sehat dengan berolahraga dan memperbaiki pola makan.
Proyeksi ini terungkap dalam studi yang dilakukan oleh Global Burden of Disease Study (GBD) pada 2021 lalu.
"Harapan hidup global diperkirakan meningkat hampir lima tahun pada 2050, meskipun terdapat berbagai tantangan global," ungkap penelitian yang dipimpin oleh Chris Murray, Ketua Ilmu Metrik Kesehatan di Universitas Washington, dilansir dari Earth, Senin (19/5).
Studi tersebut memprediksi rata-rata angka harapan hidup pada 2050 akan mencapai 78,1 tahun. Secara gender, usia harapan hidup perempuan meningkat 4,2 tahun, sementara laki-laki meningkat 4,9 tahun.
“Selain peningkatan angka harapan hidup secara keseluruhan, kami menemukan bahwa kesenjangan harapan hidup antar wilayah geografis akan berkurang,” kata Dr Murray.
Pergeseran kesenjangan itu mengaitkan perubahan positif dengan kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan. Hasilnya, penyebaran dan dampak penyakit seperti kondisi kardiovaskular dan Covid-19, serta penyakit menular, ibu, neonatal, dan gizi turun drastis.
"Ini merupakan indikator bahwa meskipun kesenjangan kesehatan antara wilayah berpendapatan tertinggi dan terendah akan tetap ada, kesenjangan tersebut semakin mengecil dan peningkatan terbesar diperkirakan terjadi di Afrika Sub-Sahara," ungkap Murray.
Kualitas Hidup Dipertanyakan
Kendati angka harapan hidup diproyeksikan bakal naik drastis, studi tersebut mengungkap bahwa angka harapan hidup sehat (healthy life expectancy/HALE) hanya mengalami kenaikan sebesar 2,6 tahun menjadi 67,4 tahun.
Ini berarti, manusia di masa depan hidup lebih panjang, namun belum tentu berkualitas. Salah satu cara untung mengurangi kesenjangan antara lama hidup dan kualitas hidup ialah dengan mengubah perilaku dan mencegah penurunan metabolisme.
Stein Emil Vollset yang memimpin unit kolaborasi GBD mencatat bahwa intervensi perilaku dan metabolisme bisa menekan beban penyakit global hingga 13,3% pada 2050.
Pemberian vaksin lengkap dan nutrisi anak juga berpengaruh signifikan terhadap kualitas hidup manusia.
Asisten Direktur Forecasting di Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) Amanda E Smith menyoroti pentingnya pemerataan alokasi sumber daya yang berkelanjutan, terutama pada sektor lingkungan dan kesehatan anak.
"Fokus ini sangat penting tidak hanya untuk meningkatkan kesehatan secara keseluruhan tetapi juga untuk memperpanjang harapan hidup kelompok rentan," pungkasnya.
Wartawan : Fathia Nurul Haq
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar