logo loading

Green News

'Green Islam', Bangun Masjid Ramah Lingkungan Lawan Perubahan Iklim

70% dari 800 ribu masjid di Indonesia akan 'disulap' menjadi masjid ramah lingkungan.

 Selasa, 23 April 2024

Imam Besar Nasaruddin Umar ingin mengubah 70% dari 800 ribu masjid di Indonesia menjadi 'masjid ramah lingkungan' bagian dari Green Islam. (PEXELS/Iman Boer).


Mataram. Imam Besar Nasaruddin Umar, tokoh berpengaruh Masjid Istiqlal di Jakarta, mengangkat tema lingkungan hidup dalam khotbahnya minggu lalu. Ia menyebut ingin mengubah 70% dari 800 ribu masjid di Indonesia menjadi “masjid ramah lingkungan,” atau masjid ekologis.

“Sebagai negara dengan jumlah umat Muslim terbesar di dunia, kami harus memberikan contoh yang baik bagi masyarakat Muslim,” katanya kepada The New York Times, Jumat (19/4).

Lingkungan hidup adalah tema sentral dalam khotbah Jumat yang dibawakan Nasaruddin yang mencoba memimpin dengan memberi contoh. Nasaruddin mengaku kecewa dengan sampah yang mengotori sungai tempat masjid berada hingga ia memerintahkan pembersihan.

Tak sampai di sana, Nasaruddin juga melengkapi masjid terbesar di Asia Tenggara tersebut dengan 500 panel surya dan keran air dengan aliran lambat sebagai bentuk upayanya mengurangi dampak lingkungan.

Masjid Istiqlal kini juga telah dilengkapi dengan sistem daur ulang air yang menjadikannya tempat ibadah pertama yang memenangkan penghargaan bangunan ramah lingkungan dari Bank Dunia.

Ia mengaku awalnya dia hanya terkejut dengan tagihan utilitas masjid yang besar. Lalu, ia mengikuti perintah Nabi Muhammad SAW untuk memperhatikan lingkungan dengan mengupayakan berbagai upaya menghemat energi di masjid tersebut.

“Kekurangan fatal kita sebagai manusia adalah kita memperlakukan bumi hanya sebagai sebuah benda,” kata Imam Besar Nasaruddin Umar. “Semakin serakah terhadap alam, semakin cepat hari kiamat tiba.”

Selain Istiqlal, sebuah masjid di Yogyakarta, Masjid Al-Muharram juga memasang panel surya senilai US$5.300 (sekitar Rp 86 juta) dari hasil sumbangan para jemaah. Panel itu berhasil memangkas tagihan listrik masjid hingga 75%.

Pimpinan Masjid Al-Muharram, Ananto mengatakan jemaah di masjidnya juga menggunakan air hujan untuk berwudhu yang menekan pengeluaran masjid sekaligus berpartisipasi dalam 'green Islam'.

"Ada sekitar 700 ayat dalam Alquran dan lusinan hadis atau ucapan Nabi Muhammad yang berbicara tentang lingkungan. Tuhan itu baik dan menyukai kebaikan, Tuhan itu bersih dan menyukai kebersihan," terang Ananto yang kerap dijuluki 'ustad gila' karena kecondongannya terhadap lingkungan.

Green Islam

Berbanding terbalik dengan pandangan umum beberapa ulama berpengaruh yang menganggap paham lingkungan hidup tidak sejalan dengan ajaran agama, gerakan 'Green Islam' kini muncul untuk memimpin perubahan hijau ini dari perspektif agama.

“Masyarakat tidak akan mendengarkan undang-undang, mereka tidak peduli,” kata Hayu Prabowo, Ketua Perlindungan Lingkungan Hidup di Majelis Ulama Indonesia, otoritas Islam tertinggi di negara ini.

“Mereka mendengarkan para pemimpin agama karena pemimpin agama mereka mengatakan Anda bisa lepas dari hukum duniawi, namun Anda tidak bisa lepas dari hukum Tuhan.”

Salah satu instrumen yang tampak dalam gerakan ini adalah sejumlah fatwa MUI yang lebih berpihak pada lingkungan hidup. Meski fatwa tidak memiliki kekuatan hukum, namun Hayu mengungkap bahwa dampaknya signifikan.

Ia merujuk pada penelitian yang menemukan masyarakat yang tinggal di daerah yang kaya akan hutan dan lahan gambut, kini lebih sadar bahwa membuka lahan tersebut adalah tindakan yang salah karena fatwa yang menyatakan kegiatan tersebut haram atau terlarang.

Gerakan 'Green Islam' juga mendapat dorongan dari Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, dua organisasi akar rumput Muslim terbesar di Indonesia.


Wartawan : Fathia Nurul Haq

Penulis : Gungsri Adisri

Komentar

Terpopuler