logo loading

Green News

Ganti 3 PLTU dengan Energi Terbarukan Bisa Sumbang Rp82,6 Triliun

 Sabtu, 27 Januari 2024

Ilustrasi. CERAH dan CELIOS menghitung menggantikan tiga PLTU batu bara dengan pembangkit berbasis energi terbarukan dapat menghasilkan PDB hingga Rp 82,6 triliun. (PEXELS/Tom Fisk).


Denpasar. Yayasan Indonesia CERAH dan Center of Economic and Law Studies (CELIOS) menghitung menggantikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara dengan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan dapat menguntungkan ekonomi.

Hitung-hitungan CERAH dan CELIOS, dengan skenario melakukan pensiun dini pada PLTU Cirebon-1, PLTU Pelabuhan Ratu, dan PLTU Suralaya, kemudian diganti energi terbarukan, maka Produk Domestik Bruto (PDB) yang dihasilkan mencapai Rp 82,6 triliun.

PLTU Cirebon-1 dan Pelabuhan Ratu masuk dalam dokumen Comprehensive Investment and Policy Plan (CIPP) Just Energy Transition Partnership (JETP) yang rencananya pensiun pada 2035 dan 2037.

Studi ini merupakan lanjutan dari laporan yang diluncurkan CERAH dan CELIOS pada Juli 2023. Saat itu, laporan menyebut upaya mempercepat pensiun dini PLTU batu bara terhambat oleh kekhawatiran dampak negatif ekonomi yang mempengaruhi tenaga kerja, masyarakat lokal, hingga hilangnya pendapatan pelaku usaha.

Faktanya tidak demikian. Ekonom dan Direktur CELIOS Bhima Yudhistira mengatakan dampak ekonomi dari penutupan PLTU batu bara sangat bergantung dari upaya mitigasi, kesiapan regulasi, dan komitmen mempercepat pembangkit energi terbarukan.

Memang, studi yang dilakukan menunjukkan skenario penutupan PLTU batu bara di tiga lokasi pembangkit bisa menurunkan PDB Rp 3,96 triliun, menciptakan risiko pengurangan tenaga kerja hingga 14.022 orang, dan meningkatkan jumlah penduduk miskin 3.373 orang.

“Namun, jika penutupan PLTU batu bara dibarengi dengan pembangunan pembangkit energi terbarukan, justru mampu menyumbang ekonomi Rp 82,6 triliun, menyerap 639 ribu tenaga kerja, dan menurunkan kemiskinan 153.755 orang,” ungkap Bhima dikutip keterangan resmi di celios.co.id, Jumat (26/1).

Berdasarkan rekomendasi itu, ia mendesak negara maju yang terlibat dalam JETP, pemerintah maupun lembaga pembiayaan untuk memasukkan lebih banyak PLTU dalam pipeline pensiun dini. “Sekaligus mempercepat pembangunan transmisi dan pembangkit energi terbarukan secara paralel,” imbuh dia.

Direktur Eksekutif CERAH Agung Budiono menambahkan temuan riset menjadi penting karena menunjukkan bahwa dalam agenda transisi energi, pensiun dini PLTU penting dilakukan untuk mencapai ambisi iklim.

Namun, langkah itu tidak cukup. Agar memiliki dampak ekonomi yang signifikan, maka kebijakan berdasarkan hasil kajian harus dibarengi dengan akselerasi pembangunan energi terbarukan. “Pelibatan pemda dalam penyusunan peta kebijakan signifikan, karena dampak ekonomi dari kebijakan ini nyata,” tandasnya.


Wartawan : Gungsri Adisri

Komentar

Terpopuler