logo loading

Green Lifestyle

Emisi 9 Perusahaan Migas di Eropa Bisa ‘Bunuh’ 360 Ribu Orang

Studi Greenpeace Belanda mengungkap sembilan perusahaan migas kakap menghasilkan 2,7 miliar metrik ton karbon dioksida pada 2022 saja.,

 Rabu, 13 Maret 2024

Ilustrasi. Studi Greenpeace Belanda mengungkap sembilan perusahaan migas kakap menghasilkan 2,7 miliar metrik ton karbon dioksida pada 2022 saja. (PEXELS/Marek Piwnicki).


Denpasar. Studi Greenpeace Belanda mengungkapkan sembilan perusahaan minyak dan gas (migas) di Eropa bisa membunuh sekitar 360.000 jiwa.

Menggunakan metode Biaya Mortalitas Karbon yang dikembangkan oleh Peneliti Amerika Serikat R Daniel Bressler, studi memperkirakan perusahaan-perusahaan ini secara kolektif dapat mengakibatkan 360.000 kematian dini terkait suhu sebelum akhir abad ke-21. 

Sekadar informasi, sembilan perusahaan migas ini terdiri dari Shell, Total Energies, BP, Equinor, Eni, Repsol, OMV, Orlen, dan Wintershall Dea. Mengutip greenpeace.org, pada akhir tahun lalu, sembilan perusahaan migas tersebut menghasilkan sebesar 2,7 miliar metrik ton karbon dioksida (CO2) pada 2022 saja.

"Apakah perusahaan bahan bakar fosil dapat lolos dari hukuman atas pembunuhan? Hanya satu tahun emisi akan menciptakan gelombang mematikan hingga akhir abad ini,” ujar Lisa Göldner dari kampanye Fossil Free Revolution Greenpace. 

“Jadi, jika industri bahan bakar fosil terus mengekstrak dan membakar bahan bakar fosil dalam skala saat ini, (dapat dipastikan) jutaan orang di seluruh dunia bisa mati secara prematur,” lanjut Göldner.

Sementara itu, Vanessa Nakate, Panelis dan Aktivis Keadilan Iklim, menyerukan bahan bakar fosil adalah kunci dari kehancuran lingkungan, terutama bagi orang-orang di selatan global. 

“Tidak ada rahasia bahwa pembakaran lebih banyak minyak dan gas memperburuk keruntuhan iklim,” imbuhnya.

“Kita membutuhkan negara-negara yang lebih kaya yang paling bertanggung jawab atas krisis iklim untuk menghentikan proyek-proyek bahan bakar fosil baru, berinvestasi dalam energi bersih dan membantu negara-negara di selatan global untuk melakukan hal yang sama,” pungkasnya.


Wartawan : Ronatal Siahaan

Penulis : Gungsri Adisri

Komentar

Terpopuler