logo loading

Green News

China Mati-matian Menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca, Indonesia Bisa Nggak ya?

China berhasil menurunkan hampir setengah emisi gas rumah kaca yang menjadi sumber polusi udara di Beijing hanya dalam waktu tujuh tahun, salah satu yang tercepat di dunia.

 Selasa, 12 Maret 2024

Ilustrasi. China menjadi salah satu negara yang berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca paling cepat di dunia. (Pexels/Pixabay)


Denpasar: China berhasil menurunkan hampir setengah emisi gas rumah kaca yang menjadi sumber polusi udara di Beijing hanya dalam waktu tujuh tahun. Mereka berupaya mati-matian untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, salah satunya dengan melarang pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara baru. 

Ekonomi terbesar dunia ini juga menutup sejumlah pembangkit tua di wilayah yang paling tercemar, termasuk gugusan kota Beijing-Tianjin-Hebei dan Delta Mutiara dan Yangtze. Selain di Beijing, mereka juga mulai membatasi jumlah mobil di jalan kota-kota besar seperti Shanghai, Shenzhen, dan Guangzhou.

Mengutip earth.org, Senin (11/3), armada bus yang sepenuhnya elektrik juga mulai diperkenalkan. Pemerintah China juga memperkenalkan program aforestasi dan reforestasi yang agresif seperti Tembok Besar Hijau (Great Green Wall).

Cina menanam lebih dari 35 miliar pohon di 12 provinsi. Mereka menghabiskan investasi lebih dari 100 miliar AS dolar atau setara Rp 1,55 kuadriliun dalam program-program tersebut. Pengeluaran kehutanan China per hektarenya melebihi Amerika Serikat dan Eropa, serta menjadi tiga kali lebih tinggi dari rata-rata global.

Rencana Aksi Polusi Udara (Air Pollution Action Plan) yang dirilis pada September 2013 menjadi kebijakan lingkungan paling berpengaruh di China. Rencana ini membantu negara tersebut mencapai peningkatan signifikan dalam kualitas udara antara 2013 dan 2017, mengurangi tingkat PM2.5 (partikel atmosfer) sebesar 33% di Beijing dan 15% di Delta Sungai Mutiara.

Meskipun begitu, tidak ada kota yang mencapai tingkat PM2.5 rata-rata tahunan yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni 10µg/m³. Pada akhir 2017, hanya 107 dari 338 kota di China dengan tingkat prefektur atau lebih tinggi yang telah mencapai standar sementara WHO, yaitu 3510µg/m³.

Apa Indonesia kira-kira bisa meniru China ya?


Wartawan : Ronatal Siahaan

Penulis : Asmaraloka Amerta

Komentar

Terpopuler