logo loading

Green News

Chicago Gugat Perusahaan Bahan Bakar Fosil Gegara Krisis Iklim

Gugatan diajukan kepada produsen minyak raksasa, seperti BP, Chevron, dan Shell, atas perubahan iklim yang terjadi wilayah mereka.

 Rabu, 28 Februari 2024

Chicago bersama negara bagian lain di AS menuntut produsen bahan bakar fosil atas dugaan penipuan publik tentang krisis iklim. (PEXELS/Paddy O Sullivan).


Denpasar. Chicago, Illinois, Amerika Serikat (AS) bergabung dengan beberapa kota dan negara bagian AS lainnya menuntut produsen bahan bakar fosil atas dugaan penipuan publik tentang krisis iklim.

"Tidak ada keadilan tanpa akuntabilitas," ujar Wali Kota Chicago Brandon Johnson, dalam sebuah pernyataan melalui email, seperti dilansir the Guardian, Senin (26/2).

Gugatan tersebut menargetkan perusahaan minyak besar, seperti BP, Chevron, Shell, ConocoPhillips, ExxonMobil, dan Phillips 66.

Chicago menuduh produsen-produsen tersebut dengan sengaja menyesatkan publik tentang dampak produk mereka, meskipun memiliki pengetahuan yang jelas tentang bahaya iklim dari minyak dan gas.

Gugatan tersebut juga menyebut grup lobi minyak dan gas terbesar di negara itu, American Petroleum Institute, sebagai terdakwa lantaran diduga bekerja sama dengan perusahaan minyak untuk menabur keraguan tentang krisis iklim, serta secara khusus menciptakan grup-grup palsu untuk mempromosikan disinformasi iklim.

Lebih lanjut, Chicago juga menuduh para terdakwa berkontribusi terhadap kerusakan iklim di seluruh kota, termasuk erosi garis pantai, kerentanan terhadap banjir, dan suhu panas ekstrem. Secara khusus, disebutkan lebih dari 700 kematian di Chicago selama gelombang panas empat hari yang menindas pada musim panas 1995 silam.

Baca juga:
fosil-energi-yang-sedang-dikucilkan-dunia" target="_self" title="Apa Itu Bahan Bakar Fosil, Energi yang Sedang ‘Dikucilkan’ Dunia?">Apa Itu Bahan Bakar Fosil, Energi yang Sedang ‘Dikucilkan’ Dunia?

“Dari kualitas udara buruk yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang kami alami musim panas lalu hingga banjir di ruang bawah tanah yang dialami penduduk kami di West Side, konsekuensi dari krisis ini sangat parah, dan juga biaya untuk bertahan dari krisis ini,” terang Johnson.

Bersiap menghadapi peristiwa iklim yang semakin ekstrem ini akan memaksa Chicago untuk membangun infrastruktur baru dan memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.

Chicago berkomitmen untuk membelanjakan hampir 200 juta dolar AS atau setara Rp 3,11 triliun untuk melindungi daerah paling rentan di wilayah itu dari dampak perubahan iklim.


Wartawan : Ronatal Siahaan

Komentar

Terpopuler