logo loading

Green Lifestyle

AI Bisa Monitor Keanekaragaman Hayati Lewat Suara Hewan

Kecerdasan buatan (AI) bisa mendeteksi biodiversitas pada hutan yang mengalami deforestasi dan direboisasi.

 Rabu, 27 Maret 2024

Ilustrasi. Kecerdasan buatan (AI) bisa mendeteksi biodiversitas pada hutan yang mengalami deforestasi dan direboisasi. (PEXELS/Google Deepmind).


Mataram. Penelitian oleh Universitas Würzburg, Jerman, mengungkap teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dapat mendeteksi keanekaragaman hayati di hutan tropis. AI bahkan bekerja lebih baik pada hutan yang sebelumnya mengalami deforestasi lalu direboisasi.

Penelitian tersebut membuktikan keselarasan antara vokalisasi komunitas spesies dengan gradien pemulihan. AI bertugas untuk mengidentifikasi komunitas spesies yang bersuara untuk menentukan sejauh mana keanekaragaman hayati tersebut telah pulih.

“Hasil penelitian menunjukkan data suara mencerminkan kembalinya keanekaragaman hayati dengan sangat baik di kawasan pertanian yang ditinggalkan,” ujar Kepala Stasiun Ekologi Fabrikschleichach di Julius-Maximilians-Universität (JMU) Würzburg Jörg Müller dilansir earth.com, Minggu (24/3).

Studi ini dirancang dalam kerangka kelompok penelitian Reassembly yang didanai oleh German Research Foundation (DFG). Tim peneliti berencana menyempurnakan model AI ini.

Tujuannya untuk mencatat spektrum spesies yang lebih luas dan menerapkan model ini di zona lindung lainnya, termasuk hutan Sailershausen JMU dan taman nasional Jerman di Hutan Bavaria.

“Model AI kami dapat menjadi dasar alat yang sangat universal untuk memantau keanekaragaman hayati di kawasan yang dihutankan kembali,” kata Müller.

Dia menyarankan penerapannya dalam kredit keanekaragaman hayati, yang skemanya mirip dengan perdagangan emisi karbon dioksida. Kredit ini akan mengimbangi dampak buruk terhadap lingkungan oleh perusahaan atau organisasi.

Data yang dikumpulkan dari pemantauan keanekaragaman hayati memberikan masukan bagi kebijakan dan proses pengambilan keputusan. Pemerintah dan organisasi mengandalkan informasi ini untuk menerapkan peraturan yang melindungi habitat alami dan mendorong praktik berkelanjutan.

Para pegiat konservasi menggunakan pemantauan keanekaragaman hayati untuk menilai efektivitas upaya mereka. Dengan melacak perubahan populasi spesies dan kondisi habitat, mereka bisa menyesuaikan strategi agar lebih efektif, sehingga menjamin kelangsungan hidup jangka panjang dari beragam spesies.

“Hasil (AI) kami menunjukkan bahwa pemantauan bioakustik otomatis dapat digunakan untuk melacak pemulihan hutan tropis komunitas hewan dari pertanian yang ditinggalkan selain dari menyuarakan vertebrata, menunjukkan penggunaannya secara luas untuk menilai hasil restorasi,” tulis para peneliti.


Wartawan : Fathia Nurul Haq

Penulis : Gungsri Adisri

Komentar

Terpopuler