Green Lifestyle
AI Bantu Penyelesaian Krisis Iklim? Hmmm, Salah Kaprah
Koalisi kelompok pemerhati lingkungan memperingatkan bahwa teknologi AI justru berpotensi meningkatkan penggunaan energi dan mempercepat penyebaran disinformasi iklim.
Jumat, 15 Maret 2024
Ilustrasi. Koalisi kelompok pemerhati lingkungan memperingatkan bahwa teknologi AI justru berpotensi meningkatkan penggunaan energi dan mempercepat penyebaran disinformasi iklim. (PEXELS/Markus Spiske).
Denpasar. Klaim kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) membantu penyelesaian krisis iklim merupakan pemikiran yang keliru atau salah kaprah. Teknologi ini justru berpotensi meningkatkan penggunaan energi dan mempercepat penyebaran disinformasi iklim.
Demikian peringatan dari koalisi kelompok pemerhati lingkungan. Mengutip the Guardian, Rabu (13/3), kemajuan dalam AI telah dipuji oleh perusahaan teknologi besar dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai salah satu upaya membantu memperbaiki persoalan pemanasan global.
Misalnya, melalui alat yang membantu melacak deforestasi, mengidentifikasi kebocoran polusi, dan melacak peristiwa cuaca ekstrem. AI sudah digunakan untuk memprediksi kekeringan di Afrika dan untuk mengukur perubahan pada gunung es yang mencair.
Kendati demikian, sebuah laporan baru oleh kelompok pemerhati lingkungan telah meragukan apakah revolusi AI akan memiliki dampak positif pada krisis iklim.
Laporan ini memberikan peringatan bahwa teknologi tersebut justru akan memacu peningkatan penggunaan energi dari pusat data dan penyebaran informasi palsu tentang ilmu iklim.
“Kita sepertinya selalu mendengar bahwa AI dapat menyelamatkan planet ini, tetapi kita tidak boleh mempercayai hype ini,” terang Michael Khoo, Direktur Program Disinformasi Iklim di Friends of the Earth.
Sekadar informasi, Friends of the Earth merupakan bagian dari Climate Action against Disinformation, koalisi yang mengeluarkan laporan tersebut.
Wartawan : Ronatal Siahaan
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar