logo loading

Green News

Wisata Grand Canyon di AS Makin Berbahaya Akibat Perubahan Iklim, Banyak Korban Jiwa

Belasan pengunjung meninggal di taman nasional Grand Canyon musim panas ini akibat cuaca ekstrem yang terkait dengan perubahan iklim.

 Selasa, 03 September 2024

Ilustrasi. Cuaca ekstrem yang terkait dengan perubahan iklim membuat kondisi di kawasan Grand Canyon, AS semakin berbahaya.


Jakarta. Belasan pengunjung meninggal di taman nasional Grand Canyon musim panas ini. Tiga orang pengunjung bahkan meninggal hanya dalam waktu satu minggu pada Agustus akibat cuaca ekstrem yang terkait dengan perubahan iklim membuat kondisi di kawasan tersebut semakin berbahaya.

Mengutip The Guardian, total terdapat 14 pengunjung yang meninggal dunia di kawasan wisata tersebut pada musim ini. Rata-rata turis yang meninggal mencapai 15 orang per tahun.

Seorang pendaki yang meninggal, Chenoa Nickerson, terakhir terlihat pada 22 Agustus di perteemuan Havasu Creek dan Sungai Colorado. Nickerson dilaporkan hilang setelah banjir bandang melanda ngarai Havasu, dan jasadnya ditemukan pada 25 Agustus.

Suku Havasupai yang tinggal di sekitar Grand Canyon melaporkan banjir bandang yang dahsyat, yang merusak jalur utama menuju Desa Supai, jalur di dalam desa, rumah anggota suku, sistem utilitas publik, dan tempat perkemahan pada hari pengunjung tersebut hilang. Sementara itu, seorang pria berusia 80 tahun meninggal ketika kapalnya terbalik pada 25 Agustus dan terjatuh ke Sungai Colorado.

Heather Klein Olson, direktur eksekutif American Hiking Society, mengatakan kepada kematian-kematian pengunjung tersebut melibatkan berbagai faktor. Meningkatnya curah hujan yang lebat, serta pembangunan di dekat taman yang berdampak pada sistem air, adalah beberapa di antaranya.

Pada saat yang sama, ada peningkatan jumlah pengunjung setelah Covid-19. "Semua orang tertarik dan ingin keluar, dan itu indah, dan kami mencintai alam terbuka," kata Klein Olson.

Pejabat Taman Nasional mendesak pengunjung untuk berhati-hati tentang potensi banjir bandang dan suhu yang fatal. Pihak berwenang telah memberi tahu pengunjung bahwa suhu melebihi 120F di tempat teduh.

"Lingkungan yang gersang dan jarang ditumbuhi tanaman di sini berarti bahwa curah hujan dengan cepat menghasilkan limpasan karena tanah tidak menyerapnya dengan baik," kata Rebecca Roland, juru bicara National Parks Service.

Limpasan tersebut, menurut dia, dapat bergerak cepat melalui ngarai sempit dan medan terjal, mengubah dasar sungai kering menjadi aliran air deras dalam hitungan menit, bahkan dengan badai yang relatif kecil.

Hubungan kausal antara cuaca ekstrem akibat perubahan iklim dan kematian di Grand Canyon masih belum jelas. Namun, AS telah dilanda peristiwa cuaca yang memecahkan rekor tahun ini, termasuk serangkaian gelombang panas yang memengaruhi kehidupan sehari-hari jutaan orang Amerika.

Lebih dari 130 juta penduduk AS berada di bawah peringatan  panas pada Juli. Suhu yang berbahaya – serta bahaya lain seperti badai dan kebakaran hutan – bahkan mengancam pasokan darah medis AS. 

Data yang dirilis pada tanggal 27 Agustus menunjukkan bahwa kematian terkait panas di AS meningkat sebesar 117% dari tahun 1999 hingga 2023. Para peneliti, yang memohon kepada pejabat setempat untuk meningkatkan akses ke pusat pendinginan dan hidrasi, memperingatkan: “Karena suhu terus meningkat karena perubahan iklim, tren peningkatan baru-baru ini kemungkinan akan terus berlanjut.”


Wartawan : Asmaraloka Amerta

Penulis : Asmaraloka Amerta

Komentar

Terpopuler