Green News
Sudah Musim Kemarau, Kok Masih Hujan Terus?
Puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia terjadi pada Juli dan Agustus. Namun, mengapa hujan masih sering terjadi?
Rabu, 10 Juli 2024
Ilustrasi. Hujan masih mengguyur Jakarta dan beberapa kota lain meski Indonesia memasuki musim kemarau. (Pexels/Hikaique)
Jakarta. Greeners, hujan beberapa hari ini mengguyur Jakarta dan beberapa wilayahnya. Ada yang bingung enggak sih kenapa masih hujan saat harusnya sudah memasuki musim kemarau?
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia terjadi pada Juli dan Agustus 2024. Namun, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan, musim kemarau tak berarti tak turun hujan sama sekali.
Menurut Guswanto, hujan saat musim kemarau masih mungkin terjadi. Namun, intensitas hujannya berada di bawah 50 mm/dasarian.
Ia menjelaskan, hujan masih akan terjadi dalam sepekan ke depan dengan peningkatan curah secara signifikan di sejumlah wilayah di Indonesia. Fenomena ini disebabkan oleh dinamika atmosfer skala regional - global yang cukup signifikan. Diantaranya, termonitornya aktivitas fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial di sebagian besar wilayah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Sebagian besar Papua.
Selain itu, suhu muka laut yang hangat pada perairan wilayah sekitar Indonesia memberikan kontribusi dalam menyediakan kondisi yang mendukung pertumbuhan awan hujan signifikan di wilayah Indonesia.
"Fenomena atmosfer inilah yang memicu terjadinya dinamika cuaca yang berakibat masih turunnya hujan di sebagian besar wilayah Indonesia," katanya seperti dikutip dari siaran pers BMKG.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani mengatakan, kombinasi pengaruh fenomena-fenomena cuaca tersebut diprakirakan menimbulkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai kilat/angin kencang di sebagian besar wilayah Indonesia pada tanggal 5 - 11 Juli 2024. Wilayah yang dimaksud yaitu, Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Pulau Maluku, dan Pulau Papua.
Andri mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai terhadap kemungkinan adanya potensi hujan yang dapat mengakibatkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang. Utamanya masyarakat yang bermukim di wilayah perbukitan, dataran tinggi, juga sepanjang daerah aliran sungai.
Ia pun menjelaskan fenomena cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai angin kencang dan hujan es yang terjadi di wilayah Bedahan, Sawangan, Kota Depok pada tanggal 3 Juli yang lalu. Andri mengatakan, kejadian tersebut disebabkan adanya awan Cumulunimbus (CB) yang terbentuk akibat daya angkat atau konvektif yang cukup kuat di wilayah tersebut.
Proses hujan diawali dengan kondensasi uap air teramat dingin melewati atmosfer di lapisan atas level beku. Es yang terbentuk umumnya memiliki ukuran besar. Pada saat kumpulan es yang besar di atmosfer turun ke area lebih rendah dan hangat, maka terjadi hujan. Hanya saja, kadang tidak semua es akan mencair sempurna dan menjadikannya hujan es, dimana suhu puncak awan CB mencapai minus 80 derajat Celcius.
"Selagi masih turun hujan, alangkah baiknya dimanfaatkan untuk menabung air. Hemat dan menggunakan air secara bijak, supaya memiliki cadangan air saat Puncak Musim Kemarau melanda wilayah kita nantinya" kata dia.
Wartawan : Asmaraloka Amerta
Penulis : Asmaraloka Amerta
Komentar