Jakarta. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengungkap sampah sisa makanan meningkat selama bulan puasa atau ramadan. Tak tanggung-tanggung, peningkatannya mencapai 20 persen.

Direktur Penanganan Sampah KLHK Novrizal Tahar menerangkan sosialisasi perlu terus dilakukan. “Sebab, selama puasa terjadi peningkatan 10 persen-20 persen sampah sisa makanan,” ujarnya dalam diskusi daring, seperti dilansir Antara, Sabtu (23/3).

KLHK, sambung dia, telah melakukan komunikasi publik untuk gerakan hidup minim sampah, terutama mengurangi sampah sisa makanan, serta gerakan menghabiskan makanan atau makan tanpa sisa. Kalau pun tersisa makanan, maka dapat dijadikan kompos.

Kegiatan mengubah sampah organik menjadi kompos, lanjut Novrizal, diyakini dapat mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK), secara khusus gas metana, yang memiliki kemampuan untuk memerangkap panas di atmosfer.

Gerakan hidup minim sampah, termasuk membatasi dan mengurangi penggunaan produk sekali pakai, belanja tanpa kemasan atawa menggunakan kantung sendiri. “Termasuk memilah sampah dari rumah,” jelasnya.

“Kalau lima hal itu dilakukan oleh setiap orang secara konsisten, 90 persen sampai 95 persen sampah bisa kita selesaikan sendiri sebenarnya. Mungkin tinggal lima persen atau sisanya yang kita mintai tolong kepada sistem kuota, pemerintah daerah, untuk menyelesaikannya,” terang Novrizal.

Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional KLHK, total 19,4 juta ton timbulan sampah pada 2023 lalu.

Dari jumlah itu, 41,76 persen di antaranya adalah sampah sisa makanan, lebih besar ketimbang sampah anorganik seperti sampah kertas 11,02 persen dan sampah plastik 18,39 persen.