Green News
Sampah Elektronik Tumbuh Lebih Cepat Dibanding Daur Ulang
Sampah elektronik mengandung bahan berbahaya dan beracun. Jumlahnya mencapai 62 juta ton pada 2022.
Jumat, 22 Maret 2024
Sampah elektronik mengandung bahan berbahaya dan beracun. Jumlahnya mencapai 62 juta ton pada 2022. (PEXELS/Skyler Ewing).
Denpasar. Laporan Global e-Waste Monitor terbaru PBB mengungkap sampah elektronik meningkat lima kali lebih cepat dibandingkan proses pendauran ulangnya.
Jumlah sampah atawa limbah elektronik pada 2022 tercatat sebanyak 62 juta ton. Jumlah sampah tersebut diperkirakan membuat panjang antrean truk sampah bisa mengelilingi ekuator bumi.
Dari jumlah itu, hanya 22,3 persen saja yang telah didaur ulang dengan benar. Artinya, sisanya masih menjadi limbah dan meningkatkan polusi serta risiko kesehatan bagi masyarakat di seluruh dunia.
Direktur Biro Pengembangan Telekomunikasi ITU Cosmas Luckyson Zavazava menyebut penelitian terbaru menunjukkan limbah elektronik akan semakin besar.
“Kurang dari separuh negara di dunia yang menangani masalah ini, mulai dari televisi yang dibuang hingga telepon/ponsel. Dengan sedikitnya negara yang mengatasi masalah sampah elektronik, ini meningkatkan kewaspadaan,” ujarnya dilansir earth.com, Kamis (21/3).
Di satu sisi, perlu ada keputusan penting untuk melakukan transisi mengarah ekonomi sirkular dari sampah elektronik. Di sisi lain, perlu upaya untuk memperkuat daur ulang.
Baca juga:
lingkungan" target="_self" title="Bank Guyur Miliaran Dolar Dukung Industri Peternakan Tak ‘Ramah’ Lingkungan">Bank Guyur Miliaran Dolar Dukung Industri Peternakan Tak ‘Ramah’ Lingkungan
Menurut Zavazava, peningkatan tahunan produksi limbah elektronik sebesar 2,6 juta ton yang diperkirakan melonjak hingga 82 juta ton pada 2030 nanti telah menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk upaya daur ulang demi mencegah degradasi lingkungan lebih lanjut dan menjaga kesehatan manusia.
Apalagi, limbah elektronik mengandung bahan berbahaya beracun, termasuk merkuri, sehingga menimbulkan ancaman besar bagi manusia dan lingkungan.
Wartawan : Gungsri Adisri
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar