logo loading

Green News

Rumput Laut jadi Bencana di Pulau-pulau Karibia, Kok Bisa?

Rumput laut jenis sargassum yang tumbuh tak terkendali menjadi bencana untuk wilayah Pulau-pulau Karibia.

 Minggu, 14 April 2024

Ilustrasi. Para ilmuwan menilai ledakan pertumbuhan rumput laut disebabkan oleh polusi global, kerusakan iklim, dan masalah internasional lainnya. (Pexels/Rifqi Ramadhan)


Jakarta. Pertumbuhan rumput laut jenis sargassum yang tak terkendali diperkirakan akan kembali menjadi bencana bagi wilayah Pulau-pulau Karibia pada tahun ini. Tanaman yang menjadi rumah bagi banyak biota laut ini menjadi masalah ketika terbawa ke Pantai Karibia dalam jumlah besar dan membusuk seperti tahun-tahun lalu. 

Mengutip The Guardian, kemunculan rumput laut sargassum dalam jumlah besar dan membanjiri garis pantai Pulau-pulau Karibia pada 2023 telah menyebabkan bencana. Bisnis pariwisata di wilayah tersebut jebok  hingga anak-anak dievakuasi dari sekolah, pemadaman listrik, dan air keran bau adalah beberapa di antara dampak bencana uang disebabkan banjir rumput laut sargasum. 

Para ilmuwan menilai ledakan pertumbuhan rumput laut disebabkan oleh polusi global, kerusakan iklim, dan masalah internasional lainnya. Masalah tersebut kebanyakan bukan disebabkan pulau-pulau Karibia sendiri, tetapi wilayah tersebut tidak memiliki kekuatan politik untuk menyelesaikannya.

“Rumput laut harus dilihat sebagai dampak pemanasan global, sehingga terbuka hak atas kompensasi. Kita adalah pulau kecil yang rentan,” kata Sylvie Gustave-dit-Duflo, wakil presiden wilayah Guadeloupe yang menjadi penanggung jawab masalah lingkungan dan presiden Kantor Keanekaragaman Hayati Perancis. 

Baca juga:
Makan Rumput Laut Bisa Selamatkan Bumi, Kok?

Dia menambahkan bahwa negara-negara Karibia yang mencakup 15 negara anggota mencatat kerugian ekonomi sekitar US$102 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun akibat sargassum pada tahun 2022 saja.

Gustave-dit-Duflo dan pakar lainnya mengatakan,  masalah global memerlukan respons global. Namun sejauh ini, Karibia gagal mengoordinasikan strategi regionalnya dan sebagian besar komunitas internasional menutup mata

Sebagian besar terdamparnya sargassum dapat diprediksi, dan dampak terburuknya seringkali dapat dicegah. Namun berulang kali pemerintah Karibia menunggu untuk bereaksi hingga tahap krisis tiba. Sespon yang diberikan juga seringkali terfokus pada perlindungan industri pariwisata, sementara kelompok lain, seperti masyarakat lokal atau nelayan, masih tertinggal.

Ini menyebabkan kesehatan, mata pencaharian dan lingkungan hidup para penduduk terancam, dan ratusan juta dolar telah dihabiskan untuk tanggap darurat reaktif yang menurut para ahli seharusnya lebih baik digunakan untuk pencegahan, perencanaan dan mitigasi.


Wartawan : Asmaraloka Amerta

Penulis : Asmaraloka Amerta

Komentar

Terpopuler