logo loading

Green News

RI Bidik Kerja Sama PLTS Terapung dengan Tajikistan

Indonesia ingin mempelajari dampak lingkungan dan pemasangan PLTS terapung.

 Jumat, 14 Juni 2024

Indonesia membidik kerja sama dengan Tajikistan untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). (PEXELS/Magic K).


Jakarta. Indonesia membidik kerja sama pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung atau floating photovoltaic (FPV) dengan Tajikistan.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mencontohkan penelitian tentang dampak lingkungan dari fasilitas FPV, pengembangan standar dan pedoman untuk mengelola risiko dalam pemasangan FPV. "Serta regulasi dan kebijakan yang lebih baik untuk memfasilitasi pengembangan proyek FPV," ujarnya dilansir Antara, Kamis (13/6).

Basuki bertemu Menteri Sumber Daya Air dan Energi Tajikistan Daler Jum'a Shofaqir di Dushanbe, dalam acara The 3rd Dushanbe Water Action Decade Conference.

Basuki mengapresiasi pengembangan potensi energi terbarukan di Tajikistan, seperti pengembangan pembangkit listrik tenaga air atau hydropower. Fasilitas pembangkit listrik tenaga air Nurek mampu memiliki kapasitas lebih dari 3.000 MW dan menghasilkan 50 persen dari total kebutuhan energi tahunan di Tajikistan.

"Indonesia berkomitmen meraih net zero carbon dengan menerapkan transisi sumber energi terbarukan. Salah satunya melalui pembangunan bendungan tenaga air," tutur Basuki.

Hingga 2024, Indonesia telah membangun sekitar 248 bendungan. Di antaranya 187 bendungan dibangun sebelum 2015, sedangkan 61 bendungan sisanya dibangun pada periode 2015-2024.

Adapun, menurut RUPTL 2021-2030, tenaga air di Indonesia berpotensi naik hingga 16.027 MW. Sebanyak 43 dari 61 bendungan yang dibangun sembilan tahun terakhir berpotensi listrik tenaga air sebesar 255,15 MW.

Di antara 248 bendungan, sebanyak 246 bendungan juga memiliki potensi untuk PLTS terapung hingga 13.575 MW.


Wartawan : Gungsri Adisri

Penulis : Gungsri Adisri

Komentar