logo loading

Green Lifestyle

Plogging: Olahraga

Ketika olahraga tak sekadar soal keringat, tapi juga menyelamatkan planet

 Jumat, 10 Oktober 2025

Plogging, olahraga asal Swedia yang memadukan lari dan aksi memungut sampah, kini menjelma jadi gerakan global.


Greeners, pernahkah kamu merasa dilema antara ingin rutin berolahraga tapi juga terganggu melihat sampah berserakan saat sedang lari pagi? Nah, ada solusi unik yang bisa menjawab dua kebutuhan ini sekaligus: Plogging.

Bukan sekadar tren sesaat, plogging adalah sebuah gerakan global yang secara harfiah berarti 'berlari sambil memungut sampah'. Istilah ini berasal dari Swedia, yang merupakan gabungan dari kata jogging (lari santai) dan plocka upp (bahasa Swedia untuk "mengambil" atau "memungut").

Diperkenalkan oleh Erik Ahlstrom pada tahun 2016 di Swedia, plogging telah menyebar cepat ke seluruh dunia. Di Indonesia, tren ini mulai naik daun sejak sekitar tahun 2018 dan kini telah menjadi agenda rutin yang diinisiasi oleh berbagai komunitas, perusahaan, hingga institusi pendidikan di berbagai kota.

Indonesia masih punya pekerjaan rumah besar soal sampah. Tahun 2023, timbunan sampah nasional mencapai 56,63 juta ton dan lebih dari separuhnya belum tertangani dengan baik. Tapi di tengah tantangan ini, muncul gerakan positif yang tumbuh dari langkah-langkah kecil seperti plogging, sebuah aksi memungut sampah sambil berolahraga.

Menariknya, plogging kini tak lagi hanya milik komunitas di kota besar. Dari pantai-pantai di Bali, area Car Free Day di Malang, hingga perumahan di Bogor dan Surabaya, semangatnya terus menular. Masyarakat dari berbagai usia ikut turun tangan, membuktikan bahwa kepedulian bisa dimulai dari hal sesederhana seperti memungut sampah di jalur lari.

Gerakan ini pun berkembang jadi bagian dari acara-acara besar. Di World Cleanup Day 2024 di Pantai Padanggalak, Bali, misalnya, peserta berhasil mengumpulkan 138 kg sampah hanya dalam waktu singkat. Di Malang Raya, Morning Plogging menjadi agenda rutin dalam peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN).

Bahkan di ajang lari marathon seperti Garmin Run, plogging masuk dalam inisiatif keberlanjutan mereka. Melalui program “Road to 2025 Garmin Run”, sebanyak 152 peserta berhasil mengumpulkan hampir 416 kg sampah sepanjang 7 km lintasan.

Skala gerakan ini bahkan telah melampaui level komunitas. Aktivitas ini pun sudah memiliki kompetisi internasional bernama World Plogging Championship. Dalam kompetisi ini, peserta bukan hanya untuk berlari cepat, tetapi juga untuk mengumpulkan sampah sebanyak mungkin di sepanjang rute. Poin kemenangan tidak hanya dihitung dari jarak dan waktu, tetapi juga dari jumlah serta jenis sampah yang berhasil dikumpulkan dan didaur ulang. Ajang ini menunjukkan bahwa olahraga bisa menjadi sarana nyata dalam membangun kesadaran global terhadap krisis sampah.

Semua kisah ini menunjukkan satu hal, yakni plogging bukan lagi tren sesaat, tapi gerakan bersama yang menyatukan siapa pun yang peduli, demi satu misi bersama: Sehatkan diri, Bersihkan Bumi.

Manfaat Ganda Plogging: Kalori Turun, Sampah Pun Berkurang

Dibandingkan jogging biasa, plogging melibatkan gerakan tambahan seperti membungkuk, berjongkok, dan mengangkat. Gerakan-gerakan ini membuat tubuh bekerja lebih banyak sehingga pembakaran kalori pun meningkat, sekitar 288–300 kalori dalam 30 menit, dibanding 235 kalori pada jogging biasa. Kombinasi antara latihan kardio dan kekuatan otot menjadikan plogging sebagai cara menyenangkan untuk menjaga kebugaran sambil berbuat baik bagi sekitar.

Setiap sampah yang dipungut saat berlari pun merupakan satu langkah kecil dalam menyelamatkan bumi. Botol plastik, kemasan makanan, hingga puntung rokok yang dikumpulkan bisa dipilah untuk didaur ulang, sehingga tidak mencemari sungai dan laut. Lebih dari itu, aksi sederhana ini menular. Melihat seseorang berlari sambil memungut sampah sering kali menginspirasi orang lain untuk lebih peduli dan tidak membuang sampah sembarangan. Begitulah cara plogging bekerja. 

Pada akhirnya, plogging bukan sekadar olahraga, melainkan wujud cinta terhadap bumi. Ia mengingatkan kita bahwa menjaga kebersihan tidak harus menunggu momen besar, cukup dimulai dari langkah kecil yang konsisten. Dengan setiap sampah yang kita pungut, kita bukan hanya membakar kalori, tapi juga menyalakan harapan untuk bumi yang lebih bersih dan sehat. 


 


Wartawan : Sekaring Ratri

Penulis : Sekaring Ratri

Komentar