Green News
Peta Pikiran: Rahasia Otak Mengingat Rute dan Lokasi
Peta kognitif menyimpan informasi tentang rute dan lokasi yang dikunjungi
Senin, 24 Juni 2024
Ilustrasi. Peta kognitif menyimpan informasi tentang rute dan lokasi yang dikunjungi (Pexels/cottonbro studio)
Denpasar. Pernahkah kamu bertanya-tanya bagaimana bisa hafal jalan pulang tanpa berpikir keras? Rahasia di balik fenomena ini terletak pada konsep yang disebut peta pikiran (mental map), yang memainkan peranan vital dalam navigasi sehari-hari, baik itu menuju tempat kerja atau toko kelontong.
Peta kognitif ini, yang disimpan di hipokampus dan korteks entorhinal, menyimpan informasi tentang rute yang telah kamu ambil dan lokasi yang telah kamu kunjungi, sehingga memungkinkan kamu menemukan jalan dengan mudah.
Penelitian baru mengungkap bahwa peta mental ini tidak hanya untuk navigasi fisik. Namun, memikirkan rangkaian pengalaman dapat mengaktifkan peta kognitif ini, mengungkapkan aspek menarik tentang cara kerja otak kita.
Dalam penelitian pada hewan ini menemukan bahwa korteks entorhinal menyimpan peta kognitif dari rangkaian pengalaman saat menggunakan joystick untuk menelusuri gambar.Hebatnya, peta-peta ini diaktifkan ketika memikirkan urutannya, bahkan tanpa melihat gambarnya.
Mehrdad Jazayeri adalah profesor ilmu otak dan kognitif, anggota McGovern Institute for Brain Research MIT, dan penulis senior penelitian ini mengatakan “Ini adalah studi pertama yang menunjukkan dasar seluler dari simulasi mental dan imajinasi dalam domain non spasial melalui aktivasi peta kognitif di korteks entorhinal,” ujar dia, seperti dilansir earth.com.
Hasilnya jelas. Hewan-hewan tersebut secara mental dapat bernavigasi di antara pasangan gambar baru dari tes pertama, menunjukkan bukti perilaku yang kuat untuk peta kognitif.
“Temuan ini memberikan bukti perilaku yang kuat tentang keberadaan peta kognitif. Tapi bagaimana otak membuat peta seperti itu?” kata Jazayeri.
Untuk menyelidikinya, para peneliti mencatat respons saraf di korteks entorhinal saat hewan melakukan tugas tersebut. Mereka menemukan pola aktivitas khas, atau “benjolan”, yang mewakili navigasi mental melalui gambar.
“Otak melewati lonjakan aktivitas ini pada waktu yang diperkirakan ketika gambar-gambar di dalamnya melewati mata hewan, dan hal ini tidak pernah terjadi,” jelas Jazayeri.
Untuk lebih memahami peta mental ini, para peneliti mengembangkan model komputasi yang meniru aktivitas otak. Mereka menggunakan model penarik kontinu, yang awalnya dirancang untuk melacak posisi hewan berdasarkan masukan sensorik.
Dengan menambahkan komponen pola aktivitas pembelajaran dari masukan sensorik, model dapat merekonstruksi pengalaman tanpa masukan sensorik.
Wartawan : Hanna Patricia M Lubis
Penulis : Dessy Rosalina
Komentar