logo loading

Green News

Perbankan Salurkan Hampir US$7 T ke Perusahaan Bahan Bakar Fosil

Hal itu tidak sesuai dengan Perjanjian Paris yang membatasi pemanasan global.

 Senin, 20 Mei 2024

Bank-bank besar di dunia menyalurkan kredit hampir US$7 triliun kepada perusahaan bahan bakar fosil. Tindakan ini tidak sesuai dengan Perjanjian Paris. (Pixabay).


MATARAM. Bank-bank besar di dunia tercatat menyalurkan kredit atau pembiayaan nyaris US$7 triliun kepada perusahaan-perusahaan bahan bakar fosil sejak Perjanjian Paris 2015 silam. Padahal, kesepakatan itu bertujuan membatasi pemanasan global di bawah 2 derajat Celcius.

Temuan ini menyoroti ketidaksesuaian antara tindakan industri perbankan dan komitmen iklim global. "Pemodal dan investor bahan bakar fosil terus menyalakan api krisis iklim," ujar Tom BK Goldtooth, Direktur Eksekutif Indigenous Environmental Network dilansir the Guardian, pekan lalu.

"Ditambah dengan kolonialisme selama beberapa generasi, investasi industri bahan bakar fosil dan lembaga perbankan memberikan solusi yang salah menciptakan kondisi yang tidak dapat ditinggali bagi semua kerabat dan umat manusia yang masih hidup," lanjut Goldtooth.

Ia merupakan salah satu peneliti sekaligus penulis laporan dari kelompok peneliti perbankan untuk perubahan iklim. Kelompok tersebut telah menganalisis 60 bank terkemuka di dunia yang terbukti menyalurkan kredit kepada 4.200 perusahaan yang terkait dengan sumber energi fosil.

Aktivitas bisnis 4.200 perusahaan penerima pembiayaan tersebut rupanya berdampak luas pada degradasi Hutan Amazon dan Samudera Antartika. Goldtooth mencatat bahwa meskipun Perjanjian Paris untuk mendukung transisi energi bersih, bank-bank secara signifikan masih mendanai proyek-proyek yang merusak lingkungan.

Laporan tersebut menemukan bahwa bank-bank di AS, seperti JP Morgan Chase dan Bank of America masih menyalurkan kontribusi pendanaan dalam jumlah besar, masing-masing mencapai US$40,8 miliar dan US$37,1 miliar, kepada perusahaan terafiliasi bahan bakar fosil.

Pendanaan tak kalah besarnya juga disalurkan oleh bank asal Jepang, Mizuho, yakni sekitar US$37,1 miliar. Tak hanya Jepang dan Amerika Serikat, benua biru yang dianggap lebih peduli dengan isu lingkungan juga masih menyalurkan pembiayaan kotor dalam jumlah besar.

Barclays yang berbasis di London, Inggris, adalah pemodal bahan bakar fosil terbesar di Eropa, totalnya mencapai US$$24,2 miliar. Pencapaian tersebut diikuti oleh Bank Santander di Spanyol dengan nilai US$14,5 miliar, dan Deutsche Bank di Jerman dengan nilai US$13,4 miliar.

Secara keseluruhan, bank-bank Eropa menyumbang seperempat dari total pembiayaan bahan bakar fosil pada 2023, menurut laporan terbaru mereka.

“Sebagai masyarakat adat, kami tetap berada di garis depan menghadapi bencana iklim, dan industri bahan bakar fosil menargetkan tanah kami sebagai zona pengorbanan untuk melanjutkan ekstraksi mereka. Kapitalisme dan ekonomi berbasis ekstraksi ini hanya akan memperburuk dan menghancurkan bumi kita dan hal ini harus segera diakhiri," pungkas Goldtoooth.


Wartawan : Fathia Nurul Haq

Penulis : Gungsri Adisri

Komentar

Terpopuler