logo loading

Green News

Mewarnai Kualitas Udara Jakarta, Partikulat Halus PM 2.5 Sudah Bunuh 135 Juta Orang

Polusi dengan kategori PM 2.5 belakangan ini mewarnai kualitas udara Jakarta. 

 Jumat, 28 Juni 2024

Ilustrasi. Menghirup PM2.5 dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius.(Pexels/Marcin Jozwiak)


Denpasar. Polusi udara dengan bahan partikulat halus (PM2.5) antara tahun 1980 dan 2020 telah dikaitkan dengan sekitar 135 juta kematian dini secara global. Polusi udara ini belakangan mewarnai kualitas udara Jakarta. 

PM2.5 mengacu pada partikel yang berdiameter 2,5 mikrometer atau kurang. Partikel-partikel kecil ini melayang di udara, seringkali tidak terlihat dengan mata telanjang. Ukurannya yang kecil memungkinkan mereka menembus jauh ke dalam paru-paru dan bahkan memasuki aliran darah, sehingga menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan.

Menghirup PM2.5 dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Partikel-partikel ini mengiritasi mata, hidung, dan tenggorokan, serta dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti batuk dan sesak napas.

Paparan jangka panjang meningkatkan risiko kanker paru-paru, penyakit jantung, dan masalah kardiovaskular lainnya. Anak-anak, orang lanjut usia, dan mereka yang memiliki penyakit bawaan sebelumnya menghadapi risiko lebih tinggi akibat polusi PM2.5.

Polusi PM2.5 memengaruhi lingkungan dengan berbagai cara. Partikel-partikel ini juga mengurangi jarak pandang, menciptakan kabut di kota-kota dan kawasan indah. Mereka berkontribusi terhadap pembentukan hujan asam, merusak ekosistem dan merusak bangunan. PM2.5 juga mempengaruhi perubahan iklim dengan mempengaruhi keseimbangan radiasi bumi.

Para peneliti menggunakan data satelit dari NASA, statistik penyakit dari Institute for Health Metrics and Evaluation, dan informasi pola iklim dari National Oceanic and Atmospheric Administration untuk memahami hubungan antara polusi PM2.5 dan tingkat kematian.

Studi tersebut memperkirakan bahwa sepertiga dari kematian dini berhubungan dengan stroke (33,3%), sepertiga lainnya disebabkan oleh penyakit jantung iskemik (32,7%), dan sisanya berhubungan dengan penyakit paru obstruktif kronik, infeksi saluran pernapasan bawah, dan kanker paru-paru.

Asia mengalami jumlah kematian dini tertinggi akibat polusi PM2.5, dengan Tiongkok dan India masing-masing menyumbang 49 juta kematian dan 26,1 juta kematian. Pakistan, Bangladesh, Indonesia, dan Jepang juga melaporkan sejumlah besar kematian dini akibat polusi.

Studi tersebut juga menemukan bahwa terjadinya tiga fenomena cuaca utama secara bersamaan mengakibatkan sekitar 7.000 tambahan kematian dini global setiap tahunnya.


Wartawan : Asmaraloka Amerta

Penulis : Hanna Patricia M Lubis

Komentar


Prabowo: kelapa sawit bukan deforestasi

1-31 Januari 2025