Denpasar. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa krisis iklim membuat sarang lebah bombus kepanasan. Pemanasan berlebihan membunuh anak-anak lebah dan menyebabkan penurunan populasi penyerbuk handal di bumi itu.

Melansir the Guardian, Rabu (8/5), koloni lebah bombus dikenal karena kemampuannya dalam mengatur suhu. Sebagai contoh, lebah pekerja berkumpul untuk menggerakkan sayap mereka dan mengipasi sarang atau mendinginkannya dalam kondisi panas. Namun, lebah bombus kesulitan menjaga kelembaban rumah mereka. 

Menurut jurnal yang diterbitkan oleh Frontiers in Bee Science, mayoritas anak-anak lebah bombus tak bertahan pada suhu di atas 36°C. Tim peneliti mengulas literatur selama 180 tahun dan menemukan bahwa suhu inkubasi ideal untuk sarang semua spesies lebah bombus yang diteliti berkisar antara 28°C dan 32°C. 

“Jika lebah bombus tak dapat mempertahankan suhu di bawah sekitar 35°C yang kemungkinan merupakan batas fatal, larva bisa mati. Hal itu dapat menjelaskan mengapa kita kehilangan banyak lebah bombus di seluruh dunia, khususnya di Amerika Utara dan Eropa,” jelas Peter Kevan, Penulis Utama studi tersebut.

Kevan, yang merupakan profesor emeritus di Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Guelph di Kanada, menambahkan bahwa penelitian tersebut meneliti peran sarang yang sering terabaikan sebagai “superorganisme”.

“Para peneliti telah melihat perilaku mencari makan dan mengipas untuk menjaga anak lebah tetap dingin, tetapi sangat sedikit penelitian yang melihat keseluruhan sarang," keluhnya.

Baca juga:
4,7 Juta Hewan Mati Karena Cuaca Dingin Ekstrem di Mongolia