Green News
Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara Naik di Tengah Ancaman Krisis Iklim
Peningkatan kapasitas sebesar 2% terjadi di China karena perluasan pabrik.
Sabtu, 13 April 2024
Kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara di dunia meningkat pertama kalinya sejak 2019 silam. Peningkatan sebesar 2% pada tahun tersebut didorong oleh perluasan pabrik di China. (PEXELS/Catalin M).
Denpasar. Kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara di dunia meningkat pertama kalinya sejak 2019 silam. Peningkatan sebesar 2% pada tahun tersebut didorong oleh perluasan pabrik di China.
Laporan Global Energy Monitor mengungkapkan kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara meningkat bukan karena China semata. Tetapi juga, karena perlambatan penutupan pembangkit listrik di Eropa dan Amerika Serikat (AS).
Mengutip the Guardian, Kamis (11/4), sekitar 69,5 GigaWatt (GW) kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara baru mulai beroperasi tahun lalu, dua pertiga di antaranya dibangun di China. Adapula yang dibangun di India, Vietnam, Jepang, Bangladesh, Pakistan, Korea Selatan, Yunani, dan Zimbabwe.
Di sisi lain, perlambatan penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara di AS dan Eropa mengakibatkan lebih dari 21 GW dihentikan pada tahun lalu. Peningkatan bersih tahunan hampir 48,5 GW pada 2022 yang merupakan angka tertinggi sejak 2016.
Padahal, penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara perlu dilakukan lebih cepat. "Jika tidak, kita bisa lupa tujuan kita dalam perjanjian Paris dan memetik manfaat dari transisi cepat ke energi ramah lingkungan," ujar Flora Champenois, Analis Global Energy.
Para ilmuwan iklim sepakat seluruh pembangkit listrik tenaga batu bara harus ditutup pada 2040 jika pemerintah ingin membatasi pemanasan global hingga 1,5 C dibanding tingkat pra-industrialisasi. Terkecuali pembangkit tersebut dilengkapi dengan teknologi penghilang karbon yang efektif.
Itu berarti, 126 GW pembangkit listrik tenaga batu bara perlu disetop setiap tahun selama 17 tahun ke depan dari total kapasitas saat ini 2.130 GW.
Lebih lanjut Champenois menilai perluasan pembangkit listrik tenaga batu bara tahun lalu menjadi sebuah anomali dan menunjukkan kebijakan yang berbalik arah.
"Negara-negara yang memiliki pembangkit listrik tenaga batu bara perlu melakukan 'pensiun' lebih cepat dan negara-negara yang memiliki rencana harus memastikan bahwa pembangkit itu tidak akan pernah dibangun lagi," tandasnya.
Wartawan : Gungsri Adisri
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar