logo loading

Green Lifestyle

Ilmuwan Peringatkan Kelahiran Prematur Meningkat Gegara Perubahan Iklim

Ilmuwan Australia memperingatkan bahwa risiko kelahiran prematur meningkat karena perubahan iklim dan cuaca ekstrem.

 Rabu, 06 Maret 2024

Ilustrasi. Ilmuwan Australia memperingatkan bahwa risiko kelahiran prematur meningkat karena perubahan iklim dan cuaca ekstrem. (iStock).


Denpasar. Ilmuwan Australia memperingatkan kaum perempuan terhadap risiko kelahiran prematur yang meningkat akibat perubahan iklim. Suhu ekstrem akibat pemanasan global disebut telah meningkatkan rata-rata risiko kelahiran prematur hingga 60 persen.

Seperti dilansir wionews, Selasa (5/3), temuan itu berdasarkan tinjauan terhadap 163 penelitian kesehatan global yang dilakukan tim ilmuwan Australia. Temuan tersebut sekaligus menggambarkan kemerosotan yang mengkhawatirkan terkait kesehatan ibu hamil.

Saat ini, 600 juta orang tinggal di wilayah yang suhunya melebihi suhu ideal bagi kehidupan manusia. Menurut perkiraan perubahan iklim, jumlah manusia yang tinggal dengan suhu tidak ideal diperkirakan dapat mencapai 3 miliar orang pada akhir abad.

Temuan dalam studi bertajuk Science of the Total Enivornment ini menyebut partikel dan alergen di udara akibat peristiwa iklim meningkat, seperti kebakaran hutan, kekeringan, dan musim yang tak menentu yang berdampak pada penyakit pernapasan dan kondisi perinatal.

Corey Bradshaw, Ahli Ekologi Global dari Flinders University, menuturkan di Australia, bahkan perubahan iklim dapat mengakibatkan komplikasi kesehatan seumur hidup bagi jutaan anak. “Kami mengolah data untuk menunjukkan bagaimana cuaca tertentu di masa depan memperburuk masalah kesehatan tertentu,” jelasnya.

“Kami mengidentifikasi banyak hubungan langsung antara perubahan iklim dan kesehatan anak, yang paling kuat adalah peningkatan rata-rata risiko kelahiran prematur sebesar 60 persen akibat paparan suhu ekstrem,” terang Bradshaw.

Komplikasi kesehatan lain terkait perubahan iklim, ia melanjutkan, berat badan bayi yang baru lahir jadi lebih rendah, perubahan usia kehamilan, ketuban pecah dini, termasuk risiko keguguran.

Meskipun suhu ekstrem diketahui jadi faktor utama yang terkait denagn memburuknya kesehatan bayi, 16 dari 20 penelitian tentang polutan udara menemukan bahwa polusi mengakibatkan peningkatan jumlah anak yang mengalami masalah pernapasan.

“Masalah kesehatan anak-anak yang kami identifikasi bergantung pada cuaca ekstrem, dingin ekstrem yang menimbulkan penyakit pernapasan. Sementara, kekeringan dan curah hujan ekstrem dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan populasi,” imbuh penulis studi tersebut.

Efek lanjutannya, lanjut penulis tersebut, biaya sosial dan finansial akan terus mengalami peningkatan seiring dengan berlangsungnya perubahan iklim. “Sehingga, akan memberikan tekanan yang semakin besar kepada keluarga dan layanan kesehatan,” tulisnya.


Wartawan : Gungsri Adisri

Penulis : Gungsri Adisri

Komentar

Terpopuler