Green News
Gawat! Orang Indonesia Telan Mikroplastik Paling Banyak di Dunia
Rata-rata orang Indonesia menelan mikroplastik hingga 15 gram/bulan.
Kamis, 27 Juni 2024
Ilustrasi. Sebagian besar partikel plastik berasal dari sumber air seperti ikan dan makanan laut. (Pexels/Tom Fisk)
Jakarta. Studi yang dilakukan peneliti Cornell University menunjukkan, negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Indonesia, dan Filipina mengonsumsi mikroplastik paling banyak di antara 109 negara. Orang Indonesia menjadi yang paling besar dengan konsumsi sebanyak 15 gram per bulan atau setara berat tiga kartu kredit.
Mengutip Straits Times, sebagian besar partikel plastik berasal dari sumber air seperti ikan dan makanan laut. Dengan menggunakan model data yang ada, penelitian ini menemukan bahwa konsumsi harian mikroplastik masyarakat Indonesia meningkat sebesar 59 kali lipat dari tahun 1990 hingga 2018, rentang tanggal yang digunakan untuk model tersebut.
Mikroplastik didefinisikan sebagai partikel plastik yang lebih kecil dari 5 mm adalah serat, fragmen, atau butiran yang terbentuk ketika produk plastik terurai, atau dapat dilepaskan oleh tekstil sintetis. Tumpahan yang tidak disengaja dan penanganan yang tidak tepat terhadap pelet plastik, yang merupakan bahan baku pembuatan plastik, dapat menyebabkan pelet tersebut mencemari lingkungan.
Seiring dengan meningkatnya konsumsi plastik di negara-negara berkembang seperti Indonesia dan Malaysia, metode pengelolaan sampah yang umum tidak memadai. Peneliti menyebut, hal ini mengakibatkan lebih dari 30.000 ton sampah tidak dikelola dengan baik setiap tahunnya.
Jika tidak dikelola dengan baik, plastik dari tempat pembuangan sampah terbuka atau tempat pembuangan sampah dapat terbawa ke badan air terdekat melalui air hujan.
Mikroplastik umumnya tertelan oleh pitoplankton dan zooplankton, yang menjadi makanan ikan dan hewan air. Masyarakat pun secara tidak langsung menelan plastik saat memakan makanan laut.
Mikroplastik juga bisa terhirup. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Science & Technology pada tanggal 24 April menemukan bahwa penduduk Tiongkok dan Mongolia menghirup mikroplastik paling banyak di antara 109 negara yang diteliti, dan menghirup lebih dari 2,8 juta partikel per bulan.
Mikroplastik di udara yang menyerupai debu terutama berasal dari abrasi bahan plastik, seperti pada ban. Tekstil sintetis juga dapat melepaskan mikroplastik ke udara selama produksinya, atau saat dicuci atau dipakai.
“Industrialisasi di negara berkembang, khususnya di Asia Timur dan Selatan, telah menyebabkan peningkatan konsumsi bahan plastik, timbulan sampah, dan serapan mikroplastik oleh manusia,” kata Fengqi You, salah satu penulis studi tersebut, yang juga seorang profesor teknik sistem energi di Cornell University.
Wartawan : Asmaraloka Amerta
Penulis : Asmaraloka Amerta
Komentar