logo loading

Green Lifestyle

Gadis si Penjual Sabun Kulit Nanas

Diah Fajar Ayu (19) menjadi pegiat lingkungan lewat produk-produk inovasinya yang ramah lingkungan.

 Sabtu, 06 April 2024

Diah Fajar AYu (19) menjadi pegiat lingkungan melalui produk-produk inovasi ramah lingkungan. Salah satunya sabun Dishnas yang terbuat dari kulit nanas. (Dok. pribadi).


Ada banyak cara untuk menjadi manusia yang menyayangi lingkungan dan planet bumi. Jika Greta Thunberg, aktivis lingkungan, memilih bolos sekolah demi berdemo di depan parlemen Swedia, lain cerita dengan Diah Fajar Ayu (19). Remaja asal Jambi ini memilih untuk berinovasi menciptakan produk-produk ramah lingkungan.

Inovasi terbarunya, Diah menciptakan sabun cuci piring dan cuci tangan dari kulit nanas. Sabun ini diklaim ramah lingkungan lantaran menggunakan 100% bahan-bahan sisa dari buah nanas yang sudah tidak terpakai lagi.

Diah membuat sabun pertama kali pada pandemi Covid-19, saat ia masih duduk di bangku SMU kelas 2. Sabun itu diberi nama Dishnas, diambil dari bahasa Inggris-nya dish atau piring kotor dan nanas sebagai bahan utamanya.

"Lagipula, di Jambi, komoditas utamanya adalah nanas. Saya ada ide mengambil sisa nanas yang sudah tidak terpakai, yaitu bagian kulitnya, dijadikan ekstrak untuk sabun cuci," ujarnya kepada MediaHijau, Minggu (31/3) lalu.

Sabun ini kemudian viral di kalangan teman-temannya dan guru sekolah Diah. Mereka pun memborong produk inovasi Diah tersebut. Sebotol sabun cuci berukuran 250 ml dibanderol Rp 8.000, 300 ml dihargai Rp 10 ribu, serta 450 ml seharga Rp 12 ribu.

Diah sudah memproduksi lebih dari 1.000 botol sabun Dishnas. Penjualannya beragam, mulai dari bazaar, penjualan langsung, media sosial, hingga dititip melalui lapak para pedagang oleh-oleh khas Jambi.

Tentu, Diah bisa tersenyum lebar. Idenya menciptakan sabun ramah lingkungan dapat diterima baik. Sabun Dishnas juga sudah mengikuti banyak perlombaan dan dipamerkan di banyak acara yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah maupun swasta. Salah satunya, Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan.

Pelestari Lingkungan

Diah saat ini menempuh pendidikan Ekonomi Islam di Universitas Jambi. Ia mengklaim sadar dan peduli lingkungan sejak masih duduk di bangku SMP. Sebelum menelurkan sabun ramah lingkungan, ia lebih dulu berinovasi membuat batik ecoprint.

"Selain untuk melestarikan budaya batik, saya mencari cara agar bahan yang dibuat ramah lingkungan, seperti pewarnanya. Pewarnanya saat itu menggunakan kulit manggis, kunyit, dan daun pandan, serta tumbuh-tumbuhan yang bisa menghasilkan warna," terang dia.

Tak hanya itu, ia juga aktif menjadi pegiat lingkungan dan bergabung dengan komunitas setempat. Satu kali dalam sebulan, Diah turun tangan dalam aksi clean up day, yaitu aksi bersih-bersih sungai dan lingkungan sekitar.

Cita-citanya, remaja kelahiran 1 Juni 2005 tersebut ingin berwirausaha tanpa menyakiti alam dan lingkungan. Karenanya, ia aktif menjalankan usahanya sedari dini, berinovasi dalam produk-produk ramah lingkungan, sembari lantang mengajak teman-teman dan keluarganya untuk lebih peduli lingkungan.

"Kita boleh hidup dalam keterbatasan, tapi jangan membatasi mimpi-mimpi kita. Karena hidup adalah proses dan harus bersabar untuk mendapatkan hasil maksimal," katanya.


Wartawan : Hanna Patricia M Lubis

Penulis : Gungsri Adisri

Komentar

Terpopuler