Green Lifestyle
Dampak Perubahan Iklim Gurun Sahara: Badai Debu
Gegara perubahan iklim, perilaku badai debu gurun di utara Afrika berubah, frekuensi dan intensitasnya.
Sabtu, 30 Maret 2024
Perubahan iklim mengubah perilaku badai debu Gurun Sahara di utara Afrika, termasuk frekuensi dan intensitasnya. (PEXELS/Greg Gulik).
Denpasar. Profesor Texas A&M University Shankar Chellam menyebut badai debu Gurun Sahara dari utara Afrika membawa campuran polutan, patogen, dan bakteri, serta jamur. Badai debu paling dahsyat yang pernah terjadi, yakni pada 2020 lalu, para ahli Amerika Serikat (AS) bahkan menamainya ‘Godzilla.’
Selidik punya selidik, perubahan iklim lah yang mengubah pola cuaca secara global hingga mempengaruhi perilaku badai debu Gurun Sahara, termasuk frekuensi dan intensitasnya.
Peristiwa itu menyoroti potensi meningkatnya kejadian invasi debu di masa depan. “Seluruh dinamika debu Gurun Sahara yang masuk ke Houston, terutama didorong proses atmosfer,” ujar Sourav Das, peneliti yang juga mantan mahasiswa Chellam, dilansir earth.com, Jumat (28/3).
Ketika itu, badai debu Gurun Sahara terbang jauh melampaui Amerika Utara dan berdampak besar pada sistem lingkungan global. Debu ini terbang lintas benua hingga mempengaruhi iklim, biologi kelautan, serta ekosistem yang ribuan mil jauhnya.
Debu Gurun Sahara memainkan peran penting dalam regulasi iklim. Saat melintasi lautan dan benua, debu ini memantulkan sinar matahari kembali ke luar angkasa, sehingga mendinginkan permukaan bumi.
Fenomena alam itu, kata Das, sebetulnya menjadi penyeimbang efek pemanasan global akibat gas rumah kaca (GRK) dan menunjukkan bahwa debu gurun dapat memengaruhi suhu global.
Namun, hasil penelitian sementara menyebut debu membawa mikroorganisme dan juga nutrisi, seperti fosfor, yang menyuburkan ekosistem terpencil. Mulai dari hutan Amazon hingga Laut Karibia.
Baca juga:
Sabah Malaysia Dilanda Kekeringan
Hanya saja, Das mengingatkan, dampak debu Gurun Sahara tidak bermanfaat secara universal. Pada ekosistem yang tidak terbiasa dengan masuknya partikel asing dan nutrisi, debut dapat mengganggu lingkungan setempat.
Misalnya, pengendapan debu yang berlebihan dapat merusak terumbu karang, menghalangi sinar matahari, dan menghambat fotosintesis. Ini bisa membuat stres ekosistem karang dan mengakibatkan pemutihan dan hilangnya keanekaragaman hayati.
Dampak lebih luas, lanjut Das, terhadap kesehatan manusia karena polutan dan patogen yang memengaruhi kualitas udara. Masyarakat yang terkena dampak asap debu ini mungkin mengalami peningkatan masalah pernapasan, alergi, dan penyakit.
Wartawan : Gungsri Adisri
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar