Green News
Dampak Pemanasan Global di Laut Karimun Jawa Serius Loh Gaes!
BRIN menyebut fenomena pemutihan karang di laut Karimun Jawa sebagai masalah serius.
Jumat, 08 Maret 2024
Ilustrasi. BRIN menyebut fenomena pemutihan karang di laut Karimun Jawa sebagai masalah serius. (PEXELS/Asad Photo).
Denpasar. Kepala Organisasi Riset Kebumian dan Maritim Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ocky Karna Radjasa menyebut dampak pemanasan global di laut Karimun Jawa sebagai masalah serius.
Fenomena pemutihan karang, misalnya, terjadi karena kenaikan suhu permukaan air laut. Padahal, masa depan Indonesia ada di kelautan, mengingat 77 persen wilayah negara ini merupakan laut.
Oleh karenanya, pemahaman tentang dampak pemanasan global terhadap kondisi kelautan perlu menjadi perhatian para ilmuwan, terutama BRIN. Sebab, potensi laut dalam di Indonesia yang belum tereksplorasi pun terancam akibat pemanasan global
“68 persen wilayah laut Indonesia termasuk dalam kategori laut dalam (kedalaman lebih dari 200 meter). Sementara itu, hanya wilayah laut dangkal (kurang dari 200 meter) yang telah dieksplorasi,” ujarnya, dilansir Antara, Kamis (7/3).
Kepala Pusat Riset Bioindustri Laut dan Darat BRIN Fahrurozi memperingatkan bahwa fenomena perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap biodiversitas biota laut.
Perubahan iklim, mulai dari peningkatan suhu air laut hingga perubahan salinitas air laut sangat mempengaruhi bioindustri laut. Kondisi itu mengakibatkan beberapa biota budi daya tidak dapat bertahan hidup atau produksinya menurun.
“Tidak semua biota yang dibudidayakan mungkin dapat bertahan dengan kondisi sekarang. Ini merupakan isu global yang signifikan,” terang dia.
BRIN mencatat biodiversitas di wilayah Samudra Hindia bagian Indonesia mengalami kekosongan informasi. Eksplorasi terakhir yang tercatat ialah Ekspedisi Sibolga yang dilakukan pada 1899 hingga 1900 silam.
Berbagai spesies baru banyak ditemukan di wilayah Indonesia sejak 2018 hingga sekarang ini, yakni 250 spesies. Dari jumlah tersebut, 27 di antaranya merupakan speses baru.
Wartawan : Gungsri Adisri
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar