Green News
Bumi Makin Rusak, Studi Tunjukkan Hutan Hampir Tak Mampu Serap CO2
Temuan awal tim penelitian internasional menunjukkan jumlah karbon yang diserap oleh hutan dan tumbuhan menurun secara drastis.
Rabu, 23 Oktober 2024
Ilustrasi. Setidaknya 118 negara mengandalkan lahan untuk memenuhi target iklim nasional mengurangi emisi karbon. (Pexels/Felix Mittermeier)
Jakarta. Kerusakan akibat aktivitas manusia merusak cara kerja bumi. Temuan awal tim penelitian internasional menunjukkan jumlah karbon yang diserap oleh daratan menurun. Hutan, tanaman, dan tanah hampir tidak menyerap karbon dioksida atau CO2.
"Pada tahun 2023, akumulasi CO2 di atmosfer sangat tinggi dan ini menghasilkan penyerapan yang sangat, sangat rendah oleh biosfer terestrial," kata Philippe Ciais, seorang peneliti di Laboratorium Ilmu Iklim dan Lingkungan Prancis, seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (23/10).
Catatan para ilmuwan pada tahun lalu ini bukan satu-satunya pertanda kerusakan alam. Ada juga tanda-tanda peringatan di laut. Gletser Greenland dan lapisan es Arktik mencair lebih cepat dari yang diperkirakan, yang mengganggu arus laut Gulf Stream dan memperlambat laju penyerapan karbon oleh lautan.
Bagi zooplankton pemakan alga, mencairnya es laut membuat mereka terpapar lebih banyak sinar matahari – pergeseran yang menurut para ilmuwan dapat membuat mereka tetap berada di kedalaman lebih lama, mengganggu migrasi vertikal yang menyimpan karbon di dasar laut.
“Kita melihat keretakan dalam ketahanan sistem Bumi. Kita melihat keretakan besar di daratan. Ekosistem daratan kehilangan penyimpanan karbon dan kapasitas penyerapan karbonnya, tetapi lautan juga menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan,” Johan Rockström, direktur Institut Potsdam untuk Penelitian Dampak Iklim, mengatakan pada sebuah acara di New York Climate Week.
Sejauh ini alam telah menyeimbangkan penyalahgunaan yang kita lakukan. Namun, ini akan segera berakhir dengan kerusakan yang semakin besar.
Kerusakan kemampuan penyerapan karbon pada tahun lalu bisa jadi hanya sementara. Tanpa tekanan kekeringan atau kebakaran hutan yang terjadi, lahan akan kembali menyerap karbon.
Kini ada kesimpulan bahwa mencapai nol emisi tidak mungkin dilakukan. Tanpa adanya teknologi yang dapat menghilangkan karbon atmosfer dalam skala besar, hutan, padang rumput, rawa gambut, dan lautan yang luas di Bumi adalah satu-satunya pilihan untuk menyerap polusi karbon manusia, yang mencapai rekor 37,4 miliar ton pada 2023.
Setidaknya 118 negara mengandalkan lahan untuk memenuhi target iklim nasional mengurangi emisi karbon. Namun, kenaikan suhu, peningkatan cuaca ekstrem, dan kekeringan membuat ini sulit.
Rusaknya kemampuan alam dalam menyerap emisi seperti yang terlihat pada 2023 belum diperhitungkan dalam sebagian besar model iklim. Jika terus berlanjut, hal ini meningkatkan prospek pemanasan global yang cepat melampaui apa yang telah diprediksi.
Wartawan : Asmaraloka Amerta
Penulis : Asmaraloka Amerta
1-31 Januari 2025
Komentar