Green News
BRIN Peringatkan Frekuensi Bencana Longsor di Indonesia Sangat Tinggi
BNPB mencatat 183 kejadian longsor per April 2024.
Minggu, 28 April 2024
Ilustrasi. BRIN memperingatkan frekuensi longsor di Indonesia tertinggi dibandingkan bencana alam lainnya, seperti banjir dan gempa bumi. (PEXELS/Serg Alesenko).
Denpasar. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperingatkan bencana longsor di Indonesia memiliki frekuensi yang sangat tinggi. Per April 2024, sudah tercatat sebanyak 183 kejadian atau insiden longsor.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat longsor memiliki frekuensi tertinggi dibandingkan bencana alam lainnya, seperti banjir, abrasi, angin puting beliung, hingga gempa bumi.
Menurut data BNPB dalam 10 tahun terakhir, yaitu periode 2015-2024, tanah longsor mencapai 7.024 kejadian. Hal itu menunjukkan pentingnya mengkaji bencana alam, sehingga dampaknya bisa ditekan di kemudian hari.
"Longsor adalah pergerakan massa batuan, bahan rombakan (debris) atau tanah yang menuruni lereng karena gravitasi. Longsor umumnya merupakan proses terisolasi yang secara individu tidak terlalu besar ukurannya, namun sering terjadi di satu wilayah," ujar Sukristiyanti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Rabu (24/4).
Kerentanan longsor, sambung dia, terjadinya di suatu lokasi yang ditentukan oleh faktor geologi, topografi, hidrologi, antropogenik. Longsor dipicu oleh gempa dan curah hujan. Namun, bencana geologi agak sulit untuk membuat sistem peringatan dini.
Karenanya, untuk bencana longsor, Sukristiyanti menyarankan pemanfaatan data citra satelit dengan menggunakan Google Engine dan Google Earth Engine. "Platform tidak berbayar, resolusi spasialnya pun tinggi, dan timeseries," terang dia.
M Rokhis Khomarudin, Plt Kepala Pusat Riset Geoinformatika BRIN menambahkan saat ini, bertebaran satelit data penginderaan jauh yang memotret permukaan bumi dan bisa dimanfaatkan seluas-luasnya oleh masyarakat.
Penginderaan jauh pada kebencanaa, lanjut dia, bisa mendeteksi sebelum kejadian dengan mendeteksi perubahan penutupan lahan, melakukan pemetaan bahaya, dan kerentanan suatu wilayah terhadap bencana. "Kita bisa monitor di mana lokasi-lokasi dan dampaknya seperti apa," jelasnya.
Wartawan : Gungsri Adisri
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar