logo loading

Green Lifestyle

Baru Tahu, Debu Gurun Sahara Ternyata Bawa Bakteri dan Jamur

Debu Gurun Sahara terbang ke seluruh benua di dunia membawa patogen.

 Sabtu, 30 Maret 2024

Badai debu yang terjadi ribuan mil jauhnya dari Gurun Sahara di utara Afrika ditengarai membawa campuran polutan dan patogen. (PEXELS/Chris Larson).


Denpasar. Badai debu yang terjadi ribuan mil jauhnya dari Gurun Sahara di utara Afrika ditengarai membawa campuran polutan dan patogen. Gumpalan debu itu lalu menyebar ke seluruh benua di dunia setiap musim panas.

Profesor di Texas A&M University Shankar Chellam menyebut kebiasaan banyak orang bersin-bersin pada saat musim semi bisa jadi bukan karena alergi. Melainkan, dampak bakteri dan jamur yang dibawa debu Gurun Sahara.

Untuk memastikan hal itu, ia melakukan penelitian untuk menentukan mikroba yang bermigrasi bersama debu. Ia juga akan mengeksplorasi potensi dampaknya terhadap kesehatan manusia. “Kita semua terkena alergi. Kemungkinan ada dampak kesehatan lain yang lebih parah ketika kita menghirup debu,” ungkapnya dikutip earth.com, Kamis (28/3).

Apalagi, sambung dia, penyebab alergi kebanyakan orang bersin-bersin belum diketahui pasti sepenuhnya. “Beberapa orang mungkin mengira itu hanya mineral pasir atau tanah liat di dalam debu. Ada pula yang mengira penyebabnya logam atau bahan organik dari dalam debu. Lalu, ada pula orang yang mengira penyebabnya bakteri dan jamur,” imbuh Chellam.

Penelitian sementara Chellam mengungkap awan debu Gurun Sahara membawa partikel pasir yang mengangkut bakteri dan jamur. Badai debu membawa mikroba terbang lebih jauh hingga ke Amerika Utara. Menariknya, ada hubungan kuat antara keanekaragaman hayati mikroba dan unsur-unsur tertentu, terutama kalsium.

Temuan yang paling mengejutkan, sambung dia, awan debu yang terlihat tak bernyawa pun penuh dengan aktivitas biologis. “Hal penting dari penelitian ini adalah banyak keanekaragaman hayati yang tidak dijelaskan secara ilmiah. Ia tidak punya nama, tidak dapat dibudidayakan, dan sulit dipelajari,” ungkap Daniel Spalink, Asisten Profesor.

Lebih lanjut ia menuturkan temuan jejak sejumlah patogen yang diketahui penyebab penyakit pada manusia sebagaimana tercantum dalam daftar yang dirangkum WHO (Organisasi Kesehatan Dunia).

“Hal ini yang tidak memberitahu kita, apakah mereka (patogen) dapat menginfeksi dan membuat kita sakit? Setidaknya, DNA dari beberapa bakteri dan jamur patogen telah diidentifikasi dalam debu Afrika,” jelasnya.


Wartawan : Gungsri Adisri

Penulis : Gungsri Adisri

Komentar


Prabowo: kelapa sawit bukan deforestasi

1-31 Januari 2025