Green News
Amerika Serikat Dikritik 'Pelit' Soal Dana Kerusakan Iklim di COP28
Dana kerusakan iklim Amerika Serikat (AS) hanya seperlima dari sumbangan UEA dan 14 kali lebih kecil dari kontribusi Uni Eropa.
Jumat, 01 Desember 2023
Amerika Serikat (AS) dikritik karena menyumbang dana kerusakan iklim kecil padahal merupakan negara perekonomian besar. Foto ilustrasi: Pexels/Marcin Jozwiak.
Denpasar. Amerika Serikat (AS) dikritik karena menyumbang dana kerusakan iklim yang jauh lebih kecil dibandingkan negara-negara lain dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Sumbangan AS disebut hanya seperlima dari sumbangan UEA dan 14 kali lebih kecil dari kontribusi Uni Eropa.
Mengutip CNN.com, Kamis (30/11), negara-negara yang hadir dalam KTT COP28 berjanji memberikan dana jutaan dolar AS untuk kerusakan iklim. Harapannya, dana tersebut akan disalurkan kembali ke negara-negara berkembang untuk mengatasi dampak perubahan iklim.
Komitmen dana kerusakan iklim sudah dirancang dalam beberapa dekade terakhir dan semua pihak menyetujui rancangan tersebut. "Dan kami telah mencatat sejarah hari ini, pertama kalinya keputusan diambil pada hari pertama COP," tutur Presiden COP28 Sultan Al Jaber.
Adapun, tuan rumah COP28, yaitu UEA, menjanjikan 100 juta dolar AS. Diikuti dengan Jerman, dalam jumlah yang sama. Lalu, Inggris berkomitmen menggelontorkan 60 juta poundsterling. Sementara AS hanya menjanjikan 17,5 juta untuk dana kerusakan iklim, dan Jepang sebesar 10 juta dolar AS.
Para ahli iklim dan kelompok advokasi memuji pembentukan dana kerusakan iklim. Namun, mereka mengingatkan langkah ini hanya awal dari perjalanan panjang untuk memastikan negara-negara yang paling terkena dampak krisis iklim mendapat dukungan penuh. Yang pasti, uang dari negara-negara kaya harus mulai mengalir ke dana kerusakan iklim.
"Dana kerusakan iklim akan menjadi penyelamat bagi orang-orang yang berada di saat-saat tergelap mereka. Memungkingkan keluarga untuk membangun kembali rumah mereka setelah terjadi bencana, mendukung petani ketika ladang mereka musnah, dan merelokasi mereka yang terus-menerus mengungsi akibat kenaikan air laut," kata Ani Dasgupta, Presiden dan CEO World Resources Institute.
Hasil yang telah dicapai dengan susah payah tersebut, Dasgupta melanjutkan, merupakan langkah awal yang jelas. Walaupun, ia ikut mengkritik kontribusi AS dan Jepang yang disebut 'memalukan' dan 'mengecewakan' karena nilai dana kerusakan iklim mereka yang kecil dibandingkan negara-negara lain.
"Mengingat besarnya perekonomian mereka, tidak ada alasan untuk tidak berkontribusi jauh di atas negara-negara lainnya," sindir Dasgupta.
Direktur Power Shift Africa Mohammed Adow juga mengkritisi kontribusi AS dalam dana kerusakan iklim. Bahkan, ia mengibaratkan janji pendanaan awal ini tidak memadai dan hanya sebatas setetes air dibandingkan dengan skala kebutuhan yang harus dipenuhi.
"Jumlah (dana kerusakan iklim) yang diumumkan AS sangat memalukan bagi Presiden Joe Biden dan utusan AS John Kerry," kata Adow.
Wartawan : Gungsri Adisri
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar