Green News
Amerika Punya Banyak Hidrogen di Bawah Tanah, Gelontorkan Rp 312 Miliar untuk Penelitian
Senin, 19 Februari 2024
Hidrogen memiliki fleksibilitas sebagai sumber energi yang ramah lingkungan. (Pexels/Rafael Classen)
Mataram. Departemen Energi Amerika Serikat (DOE) menggelontorkan dana hibah penelitian sebesar US$20 juta atau Rp 312 miliar untuk mendukung pengembangan hidrogen bebas karbon. Hidrogen jenis ini dihasilkan secara alami di bawah tanah Amerika Serikat.
Hibah ini merupakan bagian dari Advanced Research Projects Agency-Energy (ARPA-E) dan didistribusikan ke 16 tim, termasuk laboratorium, universitas, dan perusahaan swasta.
"Meskipun jumlah total dana yang dikeluarkan tidaklah besar, ini program penelitian dan pengembangan pertama untuk hidrogen yang dihasilkan secara alami," ujar Direktur Advanced Research Projects Agency-Energy DOE Evelyn Wang kepada Forbes, Kamis (8/2).
Hidrogen memiliki fleksibilitas sebagai sumber energi yang ramah lingkungan. Sumber energi ini dapat digunakan untuk mengurangi emisi karbon dari baja, bahan kimia, penyulingan minyak, dan produksi amonia.
Baca juga:
Jerman Menyetujui Subsidi US$ 17 Miliar untuk Peralihan Pembangkit Listrik Gas ke Hidrogen
Adapun para penerima hibah penelitian ini, antara lain laboratorium nasional seperti Lawrence Berkeley, Lawrence Livermore, dan Los Alamos. Ada pula universitas seperti Colorado School of Mines, MIT, University of Southern California, University of Texas, dan Texas A&M, serta pihak swasta seperti Koloma.
Mereka harus terlibat aktif dalam pengembangan produksi dan aliran hidrogen bawah tanah. Para penerima hibah juga harus menyempurnakan teknik rekayasa ekstraksi hidrogen sebagai sumber bahan bakar ramah lingkungan.
“Dengan pendanaan dari ARPA-E, tim proyek dari seluruh negara akan menjajaki kemungkinan untuk mempercepat produksi dan ekstraksi hidrogen alami, mengubah pemahaman kita tentang sumber daya energi penting ini, sekaligus mempercepat solusi yang diperlukan untuk menurunkan biaya energi,” ujar Wang.
CEO Koloma Pete Johnson menilai penelitian lebih lanjut memang diperlukan untuk menyederhanakan dan menekan biaya eksplorasi hidrogen. Koloma adalah entitas pertama yang melakukan pengeboran hidrogen bawah tanah dan menjadi salah satu penerima hibah.
“Kami memiliki pandangan yang sama dengan DOE bahwa teknologi ini menghadirkan peluang luar biasa untuk menghasilkan hidrogen berbiaya rendah, rendah karbon, dan bersumber dari dalam negeri,” kata Johnson.
Direktur ARPA-E Doug wicks memperkirakan jumlah hidrogen di bumi mencapai 150 juta metrik ton. Tidak seperti minyak dan gas alam yang tergolong sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, hidrogen secara geologis dapat dihasilkan kembali terus-menerus.
Cadangan hidrogen yang tidak terbatas ini dapat menjadi solusi kelangkaan bahan bakar yang menyebabkan inflasi global, sekaligus mengurangi emisi karbon.
Wartawan : Fathia Nurul Haq
Komentar