Green News
Aktivis ‘Bernyanyi’ Paduan Suara: Tidak Ada Pengeboran! Tidak Ada Pengeboran!
Sekitar 100 aktivis iklim memenuhi St Stephen's Hall dalam protes paling dramatis dengan bernyanyi dalam paduan suara.
Senin, 18 Maret 2024
Ilustrasi. Sekitar 100 aktivis iklim memenuhi St Stephen's Hall dalam protes paling dramatis dengan bernyanyi dalam paduan suara. (PEXELS/Markus Spiske).
Denpasar. Gerakan paduan suara para aktivis iklim yang beranggotakan sekitar 100 orang memenuhi St. Stephen’s Hall dalam protes paling dramatis yang pernah dibuat. Mereka mengambil tempat di trotoar dekat luar parlemen dan dijaga oleh para polisi setempat.
Para anggota paduan suara iklim menyanyikan secara meriah, dengan menyuarakan kebenaran kepada kekuasaan. Para penyanyi alto, tenor, dan bass berteriak “Kita berada dalam keadaan darurat, tidak ada pengeboran! Tidak ada pengeboran”.
Diikuti dengan paduan suara lainnya. Mereka saling bersahut-sahutan menyanyikan lagu membela bumi.
Dikutip dari theguardian.com, pendiri Climate Choir Movement, Jo Flanagan menyatakan paduan suara ini menginginkan sesuatu yang dramatis dalam menyampaikan pesannya kepada semua politisi.
Gerakan tersebut menyuarakan untuk lebih banyak investasi pada energi terbarukan (EBT) dibanding minyak dan gas (migas).
Gerakan ini telah berkembang sangat cepat sejak musim gugur 2022. Gerakan paduan suara iklim menyerukan dengan kreatif dan menarik perhatian. Seruan yang berisikan untuk mendesak tentang perubahan lingkungan.
Paduan suara iklim juga mengadakan paduan suara kilat di Science Museum. Tak hanya itu, puluhan penyanyi dari London, Bath bahkan Southampton menyela RUPST Barclays Bank, dan menyanyikan lagu untuk Gaia di Bath Abbey.
Begitu juga dengan Kate Honey yang merupakan seorang komposer, dengan senang hati menulis ulang lagu Handel’s Hallelujah untuk mengirimkan pesan singkat kepada politisi. Komposer itu berkata “Hentikan Rosebank sekarang juga. Energi terbarukan lebih bersih dan aman”.
Pengeboran dilakukan oleh perusahaan migas kemudian menghasilkan bahan bakar fosil yang mengakibatkan sebagian besar krisis biaya hidup manusia saat ini. Masyarakat sadar bahwa hal itu dapat merusak iklim dan menginginkan cadangan energi yang dapat diandalkan dan tidak membahayakan planet ini.
Wartawan : Hanna Patricia M Lubis
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar