logo loading

Green News

3,6 Miliar Orang di Dunia Punya Masalah Akses Air Akibat Pemanasan Global

BMKG menyebut, masalah akses air yang dihadapi miliaran orang di dunia tak lepas dari pemanasan global yang tengah terjadi.

 Selasa, 26 Maret 2024

Ilustrasi. BMKG mengingatkan, pemanasan global menciptakan masalah pada akses air.


Jakarta. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan, 3,6 miliar orang memiliki masalah akses air yang tidak memadai setidaknya satu bulan dalam satu tahun. Hal ini tak lepas dari pemanasan global akibat perubahan iklim yang disebabkan ulah manusia merusak lingkungan.

"Keterkaitan antara air, iklim, pengelolaan lingkungan dan transformasi gaya hidup untuk selalu menjaga alam, harus menjadi dasar kebijakan penanganan persoalan pengelolaan air global," ujar Dwikorita saat berbicara di markas PBB, akhir pekan lalu, seperti dikutip dari siaran pers. 

Menurut Dwikorita, persoalan air tidak hanya tentang ketersediaan jumlahnya dan aksesibilitasnya saja. Masalah air juga mencakup kualitasnya, terutama yang terkait dengan sanitasi dan aspek higieniknya. Hal tersebut, menurut dia, perlu menjadi perhatian bersama karena ketersediaan air bersih berkualitas sangat berkaitan erat dengan kesehatan, pengentasan kemiskinan, hingga pertumbuhan ekonomi. 

"Hal ini sesuai dengan apa yang telah dijelaskan dalam Game Changer no.1 Konferensi Air PBB 2023. Krisis iklim berdampak besar terhadap berbagai bidang kehidupan karena efeknya kemana-mana," ujarnya.

Mengutip laporan World Meteorological Organization (WMO), Dwikorita mengingatkan, pemanasan global sedang berlangsung dengan cepat. Tahun 2023 adalah tahun terpanas yang pernah tercatat, dan berbagai indikator utama iklim juga mencatat rekor yang terpecahkan. Ia pun menilai, persoalan tersebut harus menjadi perhatian seluruh negara.

"Jumlah kejadian cuaca ekstrem yang memicu bencana hidro-meteorologi basah dan kekeringan yang makin sering, serta intensitasnya makin meningkat tajam. Hal ini tentu sangat berbahaya karena mengancam keberlangsungan hidup generasi yang akan datang," katanya.


Wartawan : Asmaraloka Amerta

Penulis : Asmaraloka Amerta

Komentar