logo loading

Green News

Wah, 2023 Jadi Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah

Akibat perubahan iklim, 2023 menjadi tahun terpanas sepanjang sejarah menurut Copernicus Climate Change Service.

 Rabu, 27 Desember 2023

Ilmuwan menyebut 2023 sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah karena efek dari gelombang panas dan perubahan iklim. Foto ilustrasi: Pexels/Mukhtar Shuaib Mukhtar.


Denpasar. Ternyata 2023 menjadi tahun terpanas sepanjang sejarah akibat perubahan iklim. Rekor suhu rata-rata global pada November tahun ini menjadi 1,46 derajat Celcius berdasarkan pemantau iklim Eropa Copernicus Climate Change Service.

Sebelum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim COP28 di Dubai awal bulan ini, PBB telah menyatakan tahun ini sebagai tahun terpanas. Menurut data 10 bulan pertama pada tahun ini, suhu global berkisar 1,4 derajat Celcius atau di atas rata-rata pra-industri.

The World Weather Attribution, koalisi ilmuwan iklim internasional, seperti dilansir Eco-Business, Rabu (27/12), menyebut gelombang panas yang dialami Asia Selatan dan Tenggara pada 2023 kemungkinan 30 kali lebih besar. Hal ini diakibatkan perubahan iklim oleh manusia.

Menurut catatan, rekor suhu panas di Asia terjadi mulai April 2023. Negara-negara di Asia dilanda gelombang panas parah dan lonjakan rekor suhu sebagai efek dari perubahan iklim. Negara-negara itu seperti Bangladesh, India, Thailand, dan Laos.

Kota Tak di Thailand misalnya, mencatat suhu panas tertinggi 45,4 derajat Celcius. Lalu, Vietnam pada 6 Mei 2023 mencatat suhupanas tertinggi yaitu 44,1 derajat Celcius di Thanh Hoa, selatan Hanoi.

Selanjutnya, suhu yang sangat panas di Sanbao, Xinjiang, memicu peringatan kesehatan masyarakat dengan rekor suhu panas tertinggi 52,2 derajat Celcius. Sementara Beijing mencatat suhu panas di atas 35 derajat Celcius selama 27 hari berturut-turut. Hal ini membuat pemerintah setempat melarang sementara pekerjaan luar ruangan.

Secara global, gelombang panas tahun ini terjadi pada Juni, Juli, Agustus, Oktober,dan November. Para ilmuwan mulai membuat catatan gelombang panas sejak pertengahan abad ke-19.


Wartawan : Gungsri Adisri

Penulis : Gungsri Adisri

Komentar

Terpopuler