logo loading

Green Lifestyle

Penyakit Jantung Bikin Perubahan pada Otak, Risiko Stroke dan Demensia

Studi menyebut keputusan pengobatan jantung jadi lebih rumit karena berisiko pendarahan pada otak.

 Selasa, 02 April 2024

Ilustrasi. Studi menyebut keputusan pengobatan jantung jadi lebih rumit karena berisiko pendarahan pada otak. (PEXELS/Mart Production).


Denpasar. Temuan mengungkap penyakit jantung diam-diam menyebabkan perubahan pada otak penderitanya. Perubahan tersebut dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan serius lainnya, seperti stroke dan demensia atau penurunan daya ingat.

Peneliti mengingatkan meskipun kesehatan jantung menjadi fokusnya, jangan biarkan kesehatan otak terabaikan. Studi yang dilakukan oleh George Institute for Global Health menyebut hubungan erat penyakit jantung dan perubahan tak terlihat pada pembuluh darah di otak.

Implikasinya lebih menakutkan karena keputusan pengobatan yang aman bagi pasien jantung menjadi lebih rumit, serta meningkatkan risiko komplikasi, seperti pendarahan pada otak.

“Penderita penyakit jantung berisiko dua hingga tiga kali lebih mungkin mengalami perubahan pada sistem pembuluh darah otak dibandingkan masyarakat umum. Otak mereka sering diabaikan, karena pasien tidak menjalani pencitraan otak, kecuali kalau mereka menderita stroke,” ujar Zien Zou, penulis utama studi, dilansir earth.com, Senin (1/4).

Salah satu perubahan yang harus diwaspadai pada otak, kata Zou, yaitu Infark Otak Senyap atau SBI. Hal ini terjadi ketika ada gangguan aliran darah ke bagian otak, sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan. Penyakit ini juga dikenal sebagai stroke diam.

Berbeda dengan stroke pada umumnya, SBI sering kali tidak menimbulkan gejala langsung dan nyata. Namun, seiring berjalannya waktu, penyakit ini dapat terakumulasi dan mengakibatkan penurunan kognitif, serta meningkatkan risiko stroke di masa depan.

Risiko lainnya, yakni penyakit pembuluh darah kecil di otak (CSVD) yang mempengaruhi arteriol, kapiler, dan venula. CSVD adalah penyebab umum stroke dan demensia, terutama pada orang dewasa lanjut usia, yang dapat berkontribusi pada perkembangan lesi dan kekosongan materi (WML).

Kerusakan WML mengganggu transmisi normal sinyal listrik berbagai bagian otak dan antara otak dengan seluruh tubuh. WML dikaitkan juga dengan penuaan, hipertensi, dan faktor risiko vaskular yang keberadaannya dapat memprediksi risiko stroke, demensia, serta cacat fisik yang lebih tinggi.


Wartawan : Gungsri Adisri

Penulis : Gungsri Adisri

Komentar

Terpopuler