Green Lifestyle
Mengenal EBT, Sumber Energi Masa Depan
Energi Baru Terbarukan (EBT) dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan mengurangi penggunaan energi fosil.
Jumat, 01 Maret 2024
Energi baru terbarukan (EBT) atau renewable energy merupakan sumber energi yang dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. (PEXELS/Mark Stebnicki).
Denpasar. Energi baru terbarukan (EBT) atau renewable energy merupakan sumber energi yang dihasilkan dari sumber daya alam yang dapat diperbarui, serta memiliki potensi untuk menghasilkan energi lebih banyak daripada yang dikonsumsinya.
Pemanfaatan EBT diharapkan dapat membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, serta mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Contoh sumber energi-terbarukan">energi terbarukan, meliputi matahari, angin, air, dan biomassa.
Dikutip dari web.pln.co.id, PT PLN (Persero) bekerja sama dengan berbagai organisasi global dalam pengembangan 'smart grid' untuk mendukung transisi energi di Indonesia.
Kehadiran smart grid berperan penting untuk meningkatkan kapasitas pembangkit listrik berbasis EBT yang diyakini akan menjadi pemasok utama kebutuhan listrik di masa mendatang.
Pengembangan smart grid membantu penggabungan sumber energi-terbarukan">energi terbarukan yang berulang seperti pembangkit tenaga surya dan angin.
Sistem ini juga lebih fleksibel dapat mengoptimalkan penyerapan daya dari sumber energi EBT dengan mengatur kondisi cuaca yang mendukung, seperti sinar matahari untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan kecepatan angin untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).
Dikutip dari iesr.co.id, Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) berpendapat bahwa transisi dari energi berbasis fosil harus dilakukan agar tujuan nol emisi karbon (net zero emission, atau NZE) dapat dicapai pada 2050.
Ia mengatakan tindakan yang dikenal sebagai dekarbonisasi harus sesuai dengan tujuan 'persetujuan Paris', yaitu membatasi kenaikan suhu bumi menjadi 1,5 derajat Celcius.
Jika tidak ada tindakan yang direncanakan untuk mengurangi emisi karbon, sektor energi akan menjadi penghasil emisi terbesar di Indonesia pada 2030. Hal ini akan membuat pencapaian target persetujuan Paris menjadi lebih sulit.
Dalam jangka panjang, EBT memberikan efek berganda terhadap daya saing perekonomian nasional. Peningkatan pemanfaatan energi-terbarukan">energi terbarukan dan efisiensi energi di bangunan dan industri menjadi langkah penting dalam mencapai target bauran energi-terbarukan">energi terbarukan sebesar 23 persen pada 2025.
Transisi ke energi bersih dengan dekarbonisasi semakin mendesak untuk mengejar puncak emisi sektor energi sebelum 2030. Langkah-langkah ini akan memberikan dampak positif terhadap daya saing ekonomi nasional dalam jangka panjang.
Semoga upaya ini dapat dilaksanakan dengan efektif demi mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang lebih optimal yah!
Wartawan : Hanna Patricia M Lubis
Komentar