Green Lifestyle
Fitur Pelacak Tidur di Smartwatch Ternyata Penting Loh!
Studi University of California San Diego dan University of California San Francisco menunjukkan, variasi pola tidur dapat mengungkap informasi tentang kondisi kronis kesehatan kita.
Sabtu, 29 Juni 2024
Ilustrasi. (Pexels/Cottonbro Studio)
Denpasar. Kamu penasaran enggak sih kenapa saat ini banyak jam tangan pintar atau smartwatch yang memiliki fitur pelacakan tidur atau sleep tracker? Memang apa pentingnya?
Ternyata, studi terbaru dari University of California San Diego dan University of California San Francisco menunjukkan bahwa variasi pola tidur dapat mengungkap informasi tentang kondisi kronis seperti diabetes dan sleep apnea, dan bahkan penyakit seperti COVID-19. Pola tidur merujuk pada cara spesifik seseorang tidur, termasuk durasi, waktu, dan kualitas tidurnya.
Pola-pola ini dapat sangat bervariasi dari orang ke orang dan dapat berubah seiring waktu karena faktor-faktor seperti usia, gaya hidup, dan kondisi kesehatan.
“Pemantauan tidur telah meluas seiring dengan munculnya perangkat wearable yang terjangkau. Namun, mengubah data tidur menjadi perubahan yang dapat ditindaklanjuti tetap menjadi tantangan karena berbagai faktor dapat menyebabkan kombinasi parameter tidur berbeda antara individu dan individu seiring berjalannya waktu,” kata penulis penelitian.
Para peneliti menganalisis data dari 5 juta malam tidur pada sekitar 33.000 orang, mengidentifikasi lima fenotipe tidur utama, yang selanjutnya dibagi menjadi 13 subtipe. Hasilnya, menunjukkan bahwa bagaimana dan seberapa sering individu beralih di antara fenotipe tidur ini memberikan lebih banyak informasi secara signifikan untuk mendeteksi kondisi kesehatan dibandingkan hanya mengandalkan pola tidur rata-rata seseorang.
Para peneliti mengidentifikasi lima fenotipe tidur utama berdasarkan data:
1.Tidur Normal: Delapan jam tidur tanpa gangguan setidaknya selama enam hari berturut-turut.
2.Tidur Terfragmentasi: Tidur terus menerus sekitar setengah malam, dengan durasi kurang dari tiga jam pada malam lainnya.
3.Tidur Terganggu: Sebagian besar tidur terus menerus, dengan satu malam setiap minggunya disela oleh periode tidur panjang sekitar lima jam dan periode tidur pendek kurang dari tiga jam.
4.Bangun di Tengah Tidur: Sebagian besar tidur terus menerus, dengan sesekali malam di mana waktu tidur yang lama dipisahkan oleh bangun di tengah tidur.
5.Tidur Sangat Terganggu: Periode tidur yang sangat singkat setiap malam, menunjukkan tidur yang sangat terganggu.
Untuk mengukur perubahan fenotipe tidur, para peneliti membangun model spasial yang mewakili 5 juta malam tidur sebagai daerah berbeda. Aplikasi ini mengungkap pola yang memungkinkan peneliti melacak pergerakan individu di antara daerah-daerah tersebut, dan menyoroti seberapa sering orang berpindah fenotip. Tombol-tombol tersebut memberikan informasi penting tentang kesehatan mereka.
Para ahli mengamati bahwa orang dengan kondisi kesehatan kronis, seperti diabetes dan sleep apnea, serta mereka yang menderita penyakit seperti COVID-19 dan flu, menunjukkan pola tidur yang berbeda dari waktu ke waktu.
“Kami menemukan bahwa sedikit perubahan pada kualitas tidur membantu kami mengidentifikasi risiko kesehatan. Perubahan kecil tersebut tidak akan muncul pada malam hari, atau pada kuesioner, jadi ini benar-benar menunjukkan bagaimana perangkat yang dapat dikenakan membantu kita mendeteksi risiko yang mungkin terlewatkan,” jelas Benjamin Smarr, salah satu penulis senior studi tersebut.
Wartawan : Asmaraloka Amerta
Penulis : Hanna Patricia M Lubis
Komentar