Green News
Utang Negara Miskin Bisa Dihapus, Syaratnya Jaga Ekosistem Ya!
Program penghapusan utang negara miskin dengan menjaga ekosistem dijalankan Bank Dunia dan IMF.
Selasa, 16 April 2024
Ilustrasi. Banyak negara miskin yang berada dalam kesulitan utang dan sebenarnya paling terancam oleh pemanasan global. (Pexels/David Riaño Cortés)
Jakarta. Negara-negara miskin dapat memperoleh penghapusan utang sebagai imbalan jika mampu melindungi ekosistem sepertu terumbu karang dan hutan hujan di wilayahnya. Laporan terbaru Institut Internasional untuk Lingkungan dan Pembangunan (IIED) memperkirakan, program pendanaan perubahan iklim ini memiliki potensi mencapai US$ 100 miliar atau setara Rp 16.000 triliun.
Mengutip Reuters, program pertukaran utang dengan upaya menjaga ekosistem ini merupakan program yang dimiliki Bank Dunia dan IMF. IIED yang berbasis di Inggris memperkirakan, terdapat 49 negara paling berisiko dengan krisis utang berpotensi mengikuti program tersebut.
Belize, Ekuador, Barbados, Gabon dan Cabo Verde telah melakukan pertukaran tersebut dalam beberapa tahun terakhir. Laura Kelly, direktur kelompok riset pasar berkelanjutan IIED mengatakan, banyak dari mereka yang berada dalam kesulitan utang dan juga sebenarnya paling terancam oleh pemanasan global.
IMF dan Bank Dunia, yang menjadi dasar analisis yang dilakukan IIED memperkirakan negara-negara yang menjadi fokus utang mereka memiliki pinjaman US$431 miliar. Sebagian besar utang mereka adalah kepada pemerintah yang lebih kaya, IMF, serta dana pensiun dan dana lindung nilai.
Pada saat yang sama, negara-negara tersebut sebenarnya menerima kurang dari US$14 miliar pendanaan iklim menurut angka OECD pada tahun 2021. Angka itu jauh lebih sedikit dari jumlah yang mereka perlukan untuk membatasi atau setidaknya beradaptasi terhadap perubahan iklim
Tujuan dari laporan IIED adalah untuk mendorong upaya pertukaran utang lebih banyak pada pertemuan Musim Semi IMF dan Bank Dunia mendatang yang akan dimulai akhir pekan ini.
Kelly mengatakan negara-negara yang bisa mendapatkan manfaat termasuk Pakistan, Sri Lanka dan Gambia di Afrika Barat. Negara-negara tersebut mempunyai “risiko besar” terhadap kenaikan permukaan air laut dan perlu melakukan investasi besar dalam pencegahan banjir dan pelestarian lahan basah.
Ghana dan Sri Lanka yang kini sedang merestrukturisasi utangnya, juga berpotensi menjadi kandidat. Salah satu ekspor utamanya, biji kakao yang digunakan untuk membuat coklat, dapat berkembang jika ada lebih banyak upaya yang dilakukan untuk melindungi hutan hujan yang penting di negara tersebut.
“Bagi pemerintah yang melakukan pertukaran utang hal ini tidak hanya menciptakan ruang fiskal, tetapi juga membantu mencapai hasil dalam hal iklim dan alam yang berdampak global,” kata Kelly yang menilai banyak negara tertarik untuk melakukan hal tersebut.
Wartawan : Asmaraloka Amerta
Penulis : Asmaraloka Amerta
Komentar