Green News
Pengen Net Zero Emission Tapi Bingung Caranya, Simak Nih Langkah WRI
WRI Indonesia melihat pelaku industri acapkali terganjal oleh ketidaktahuan untuk mewujudkan net zero emission.
Rabu, 06 Maret 2024
Pilihan pengurangan emisi karbon oleh pelaku industri seperti efisiensi energi, reforestasi, penggantian energi terbarukan atau sekaligus menggabungkan beberapa di antaranya. Foto: Pexels/Akil Mazumder.
Jakarta. Peran pelaku industri kelas apapun sangat signifikan guna menekan emisi karbon yang berdampak terhadap perubahan iklim. Organisasi penelitian independen seperti World Resources Institute (WRI) Indonesia, membagikan langkah-langkah yang bisa ditempuh pelaku industri untuk merealisasikan net zero emission.
Berdasarkan pengalaman, WRI Indonesia melihat keinginan pelaku industri untuk menuju net zero emission atau emisi nol bersih acapkali terganjal oleh ketidaktahuan untuk mewujudkannya. Berikut ini empat tahapan yang biasa diterapkan WRI Indonesia ketika mendampingi pelaku industri dalam upaya mengurangi emisi karbon:
Pertama, menginventarisasi emisi karbon. Harapannya, setiap pelaku industri bisa memiliki kemampuan internal untuk menghitung sendiri emisi karbon yang dihasilkan.
Ada sejumlah kerangka kerja yang bisa digunakan untuk menghitung emisi karbon. Salah satu yang digunakan secara global yakni Greenhouse Gas Protocol (GHG Protocol).
Kedua, menetapkan target pengurangan emisi karbon. "Kan perusahaan enggak bisa langsung asal pasang PLTS Atap kalau kalau ternyata sumber emisi terbesarnya itu heat dan bukannya listrik karena jadi enggak nyambung," kata Clorinda Kurnia Wibowo, Senior Manager Energy and Sustainable Business WRI Indonesia saat ditemui di Jakarta, pekan lalu.
Kalau ingin menjadikan target pengurangan emisi karbon itu lebih formal, WRI Indonesia menyarankan agar pelaku industri mendaftarkannya ke Science Based Targets initiative (SBTI). Nanti SBTi akan mengecek kebenaran dan menilik ulang data yang dilaporkan. Jika lolos verifikasi, target pelaku industri akan mejeng di situs resmi SBTi dan bisa dilacak perkembangannya.
Ketiga, merumuskan strategi untuk mencapai target pengurangan emisi karbon. Perumusan strategi setiap pelaku industri akan sangat tergantung pada kebijakan dan kondisi masing-masing.
Sejumlah pilihan strategi pengurangan emisi karbon seperti efisiensi konsumsi energi, reforestasi, penggantian sumber energi terbarukan atau sekaligus menggabungkan beberapa di antaranya. Adapun pilihan strategi itu bisa jadi mempengaruhi solusi pembiayaan yang diambil.
Keempat, mengungkapkan informasi perkembangan pengurangan emisi karbon. Laporan keberlanjutan atau sustainability report adalah salah satu bentuk dari transparansi pelaku industri.
Pembuatan laporan keberlanjutan sebaiknya mengacu pada standar internasional yang diakui. "Jadi misalnya perusahaan saya sudah hitung emisi karbon pakai GHG Protocol, saya masukkan datanya ke SBTi, saya sudah sampaikan perkembangan, ya itu sudah sesuai prosedur," ungkap Clorinda.
Dalam upaya menumbuhkan kesadaran tentang pengurangan emisi karbon, sejauh ini WRI Indonesia telah menjalin kemitraan lewat Clean Energy Investment Accelerator (CEIA) Indonesia, Kadin Net Zero Hub dan Climate Solutions Partnership (CSP). Sekitar 30 perusahaan multinasional yang memiliki jaringan di Indonesia beserta rantai pasoknya terlibat dalam program tersebut.
Komentar