Green News
Menteri ESDM Ungkap Mahalnya Bikin Udara Indonesia Lebih Bersih
Teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) yang penting untuk mengurangi emisi karbon dari sektor industri mapun energi di Indonesia masih mahal.
Rabu, 07 Agustus 2024
Ilustrasi. Teknologi CCS dapat memainkan peran kunci untuk menekan jejak karbon yang dihasilkan Indonesia.
Jakarta. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkap tantangan untuk menciptakan udara yang lebih bersih di Indonesia. Salah satunya, masih mahalnya teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) yang penting untuk mengurangi emisi karbon dari sektor industri mapun energi.
Arifin mengtakan, teknologi CCS dapat memainkan peran kunci untuk menekan jejak karbon yang dihasilkan Indonesia. Teknologi ini bahkan dapat menangkap hampir semua CO2 yang dihasilkan oleh proses industri, seperti produksi baja dan semen, atau dari pembakaran bahan bakar fosil, termasuk pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU.
"Rencana implementasi CCS sekarang masih mahal, tapi memang harus dicoba. sesuatu kalau baru dicoba kan memang mahal," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif seperti dikutip dari siaran pers pekan ini.
Arifin menjelaskan. Indonesia memiliki 15 proyek CCSyang masih dalam tahap studi/persiapan. Proyek ini yang tersebar dari barat hingga timur Indonesia, yaitu terdiri dari proyek Tangguh EGR/CCUS, Abadi CCS, Sukowati CCUS/EOR, Gundih CCUS/EGR, Pilot Test CO2 Huff and Puff Jatibarang, Ramba CCUS/EOR, CO2 Huff and Puff Gemah, Sakakemang CCS, Arun CCS, Central Sumatera Basin CCS/CCUS Hubs, Kutai Basin CCS Hub, Asri Basin CCS/CCUS Hubs, CCU to Methanol RU V Balikpapan, East Kalimantan CCS/CCUS Study, dan Blue Ammonia + CCS Donggi Matindok.
Arifin menjelaskan, biaya untuk menginjeksikan per ton CO2 pada proyek penyimpanan CO2 memakan biaya yang tidak sedikit. Sebagai contoh, penggunaan CCS pada proyek pemurnian Gas Alam, Gundih Jawa Timur menelan biaya US$ 43-53/ton CO2. Dengan total 0,3 juta ton CO2 per tahun yang dihasilkan, investasi injeksi mencapai US$ 105 juta
Contoh lainya adalah pemasangan CCS pada produksi LNG Bintuni, Papua Barat yang membutuhkan USD33/ton CO2. Proyek tersebut menghasilkan 2,5-3,3 juta ton CO2 per tahun sehingga Investasi injeksi sebesar US$ 948 juta.
Wartawan : Asmaraloka Amerta
Penulis : Asmaraloka Amerta
Komentar