Green Lifestyle
Industri Musik ‘Putar Otak’ Agar Festival Lebih Ramah Lingkungan
Penghasil emisi karbon terbesar pada festival musik adalah tempat berlangsungnya konser, transportasi para penonton menuju dan dari tempat konser, serta merchandise.
Kamis, 07 Maret 2024
Penghasil emisi karbon terbesar pada festival musik adalah tempat berlangsungnya konser, transportasi para penonton menuju dan dari tempat konser, serta merchandise. (PEXELS/Wendy Wei).
Mataram. Dibalik hingar-bingar festival musik, terdapat pekerjaan rumah besar untuk mengurangi dampak buruknya terhadap lingkungan dan alam. Mulai dari konsumsi energi yang tinggi, konsentrasi massa yang meninggalkan jejak karbon hingga sampah yang dihasilkan tiap kali gelaran festival kerap diabaikan dan tidak dikelola dengan baik.
"Banyak festival mengandalkan generator berbahan bakar fosil, yang mengeluarkan karbon dioksida, penyebab utama perubahan iklim," tulis reporter teknologi BBC Suzanne Bearne dalam artikel yang dipublikasikannya di BBC News, bulan lalu.
Mengutip penelitian yang dilakukan oleh A Greener Future, Konsultan Keberlanjutan, dan lembaga pemikir industri Powerful Thinking, Bearne menguraikan komunitas festival di Inggris menggunakan lebih dari 12 juta liter solar setiap tahunnya. Studi di Inggris menyebut satu kali konser menghasilkan 405 ribu ton emisi karbon setiap tahunnya.
Green Tour Network melaporkan penghasil emisi karbon terbesar pada festival musik ialah tempat berlangsungnya konser dengan porsi mencapai 34 persen dari total emisi yang dihasilkan. Transportasi para penonton menuju dan dari tempat konser duduk di peringkat kedua dengan kontribusi sebesar 33 persen.
Merchandise konser juga menyumbang emisi yang signifikan, yakni 12 persen. Akomodasi dan perjalanan grup musik menyumbang masing-masing 10 persen dan 9 persen. Terakhir, kegiatan promosi yang menghasilkan 2 persen dari total emisi.
Besarnya emisi yang dihasilkan oleh festival musik membuat sejumlah penyelenggara mulai berinvestasi pada energi hijau. Salah satunya Mysteryland, yakni festival musik tahunan di Belanda yang menggelar konser selama tiga hari berturut-turut setiap tahunnya.
Kepala Operasi Mysteryland Maarten van't Veld mengaku telah mengambil sejumlah langkah untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dengan berinvestasi pada panel surya.
"Sekarang 80 persen listriknya dihasilkan oleh panel surya darii pertanian terdekat. Festival dan mitranya juga menggali kabel listrik ke dalam tanah, menghubungkan festival tersebut ke jaringan listrik nasional," jelas Veld.
Tahun lalu, Festival Glastonbury bekerja sama dengan Octopus Energy memasang turbin angin sepanjang 20 meter sebagai sumber energi bagi perhelatannya. Turbin tersebut, bersama dengan panel surya dan baterai, menyuplai jaringan kecil dengan listrik yang cukup untuk menjalankan 300 lemari es sehari.
Salah satu pendorong festival ramah lingkungan adalah Chris Johnson, yang juga pendiri festival Shambala di Inggris. Menurutnya, telah terjadi pergeseran budaya di Shambala pada perilaku dan konsumsi ramah lingkungan.
"Apa yang kami sadari adalah kami perlu mengurangi permintaan (terhadap emisi karbon), jadi sebagian besar dari apa yang kami lakukan adalah bekerja dengan semua orang yang menggunakan listrik di seluruh festival. Misalnya pedagang makanan dan mencoba mengurangi permintaan dan (penggunaan) energi," terang Johnson.
Tak hanya penyelenggara, stadion yang kerap jadi tempat festival juga beralih pada energi hijau. Salah satunya Singapore's National Stadium yang memanfaatkan panel surya untuk sumber energi listriknya. Panel fotovoltaik sebesar 4.500 meter persegi di stadion ini mampu menghasilkan 707 kilowatts tenaga listrik untuk menutupi konsumsi daya pendingin ruangan di stadion tersebut.
Wartawan : Fathia Nurul Haq
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar