Green News
Curah Salju Berkurang Seiring dengan Pemanasan Global
Berkuranganya curah salju akibat pemanasan global dikhawatirkan bakal mengganggu sumber pangan dan air dunia.
Selasa, 12 Desember 2023
Ilmuwan menyebut penurunan curah salju lantaran pemanasan global berpotensi menyebabkan hujan ekstrem di sejumlah wilayah. Foto: Pexels/Simon Berger.
Denpasar. Analisis ilmuwan iklim dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) menyebut curah salju berkurang secara global seiring dengan kenaikan suhu akibat perubahan iklim. Kondisi ini kian memicu pemanasan global yang sedang terjadi dan dikhawatirkan bakal mengganggu sumber pangan dan air bagi miliaran orang di dunia.
Menurut ilmuwan iklim NOAA, kenaikan suhu global atau pemanasan global disebabkan oleh polusi dari aktivitas manusia,. Akibatnya, curah hujan lebih tinggi dibandingkan curah salju.
Kemungkinan yang terjadi akibat pemanasan global itu yakni dalam waktu dekat akan terjadi badai musim dingin ekstrem seperti ditunjukkan oleh data di wilayah timur laut Amerika Serikat (AS).
Baca juga:
BNPB Ungkap Biang Kerok Banjir di Kalimantan
"Akhirnya, hukum termodinamika ketika pemanasan global terus berlanjut, maka semakin banyak salju yang berubah menjadi hujan. Anda bisa lolos sebentar. Namun, keseluruhan hukum termodinamika yang menang," ujar Brian Brettschneider, Ilmuwan Iklim di National Weather Service di Alaska, dilansir CNN.com, Selasa (12/12).
Ilmuwan Iklim dan Profesor Geografi di Darmouth College Justin Mankin mengungkapkan akan ada lebih banyak titik kritis. "Kami bisa memperkirakan banyak tempat yang belum mengalami salju besar-besaran mungkin akan mengalami suhu yang lebih hangat," tutur dia.
Ia melanjutkan telah terjadi penurunan curah salju hingga 2,7% sejak 1973 silam sebagai efek dari pemanasan global. Tren ini terutama terlihat di garis lintang tengah belahan bumi utara atau wilayah tengah di utara daerah tropis dan selatan Arktik yang merupakan tempat tinggal sebagian besar penduduk dunia di AS.
Pemanasan global juga membuat matahari bersinar lebih terik di bagian itu dibandingkan daerah lintang tinggi, terutama saat musim semi dan musim gugur ketika salju masih turun. Sementara, puutih salju berfungsi sebagai pelindung yang membelokkan sinar matahari yang panasnya kembali ke angkasa. Tanpa itu, maka akan lebih banyak sinar matahari yang diserap oleh tanah dan menghangatkan atmosfer.
Profesor Teknik Lingkungan University of Washington Jessica Lundquist menuturkan lebih sedikit salju yang turun karena efek pemanasan global akan membuat lapisan salju menipis. Padahal, lapisan salju yang tebal penting untuk pasokan air yang berfungsi sebagai reservoir alami dan penyimpan air ketika air sulit didapat.
Artinya sambung dia, ancaman pasokan air menipis akan terasa di iklim yang mengalami siklus curah hujan yang lebih ekstrem seperti California. "Di California tidak turun hujan pada musim panas. Padahal, salju yang mencair di akhir musim sangat penting bagi ekosistem dan pertanian selama musim kemarau," terang Lundquist.
Wartawan : Gungsri Adisri
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar