Green News
Eh, Kebun Teh Bisa Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca Loh!
Sabtu, 27 Januari 2024
Ilustrasi. Kebun teh dinilai berpeluang mendorong pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) dengan praktik pertanian rendah karbon. (PEXELS/Min An).
Denpasar. Perkebunan teh di Indonesia disebut berpeluang dalam agenda global pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK). Dengan syarat, menerapkan praktik pertanian rendah karbon.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil (PPH) Perkebunan Kementerian Pertanian Prayudi Syamsuri mengatakan Indonesia melalui Nationally Determined Contribution (NDC) berkomitmen mengurangi emisi di lima sektor prioritas, salah satunya di sektor pertanian.
Diketahu, sektor pertanian cukup rentan terdampak perubahan iklim. Namun, perlu dipahami bahwa sektor ini juga berperan dalam penurunan emisi GRK. “Dalam hal ini, teh menjadi salah satu komoditas yang punya kemampuan mengurangi konsentrasi emisi di atmosfer,” ujarnya, mengutip Antara, Kamis (25/1).
Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) menyebut teh sebagai komoditas yang cocok untuk bertransformasi menuju produksi rendah karbon. “Tanaman tahunan, seperti teh, dapat menyerap dan menyimpan lebih banyak karbon dibanding jenis tanaman pertanian semusim,” jelasnya.
Karena itu, menurut Prayudi, perkebunan teh Indonesia berpeluang besar dalam upaya mengurangi emisi GRK, mengingat luasan lahannya. Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap perkebunan teh Indonesia terluas kelima di dunia pada 2022.
Syaratnya, memperbaiki praktek budidaya teh, seperti optimalisasi lahan, pengelolaan agroinput, pengolahan tanah minimum, hingga pemanfaatan lahan kritis.
Prayudi mengatakan karbon akan tetap tersimpan dalam biomassa tanaman dan bahan organik tanah selama tidak ditebang dan terurai.
Baca juga:
Pembangunan TPA Sampah Disetop Mulai 2030
Lagipula, budidaya teh tidak membutuhkan pengolahan lahan secara intensif, sehingga tidak merusak struktur karbon yang tersimpan di dalam tanah.
Ketua Dewan Teh Indonesia (DTI) Rachmad Gunadi menambahkan sebagai komoditas dengan reputasi baik, teh berpeluang untuk membangun rantai nilai berkelanjutan.
Pembangunan proyek karbon dengan teh sebagai vegetasi utama cukup menjanjikan, baik dari sisi pelestarian lingkungan hidup maupun nilai tambah ekonomi bagi pelaku usaha perkebunan teh.
Wartawan : Gungsri Adisri
Komentar