Green News
180 Ribu Ekor Kera di Afrika dalam Bahaya Gegara Pertambangan
Aktivitas tambang marak dalam rangka transisi energi ramah lingkungan.
Senin, 08 April 2024
Ilustrasi. Populasi kera besar di Afrika terancam karena maraknya aktivitas pertambangan seiring dengan tujuan transisi energi ramah lingkungan. (PEXELS/Franceso Ungaro).
Denpasar. Penelitian menyebutkan populasi kera besar di Afrika terancam. Sedikitnya, 180 ribu ekor kera besar atawa sepertiga dari populasi spesies ini terancam di habitat mereka karena aktivitas tambang.
Pusat Penelitian Keanekaragaman Hayati Integratif Jerman, Universitas Martin Luther Halle-Wittenberg, dan organisasi nirlaba Re:wild mengungkap dampak penambangan terhadap populasi kera besar Afrika masih diremehkan.
Para peneliti mengidentifikasi bahwa meningkatnya ancaman yang ditimbulkan karena meningkatnya permintaan mineral, seperti tembaga, lithium, nikel, kobalt, serta unsur tanah jarang yang digali habis-habisan demi upaya transisi energi ramah lingkungan.
Permintaan itu mendorong lonjakan aktivitas tambangan">pertambangan di Afrika, di mana banyak dari sumber daya tersebut masih belum dimanfaatkan. Akibatnya bukan hanya marak penggundulan hutan, tetapi juga membahayakan habitat kera, termasuk juga gorila.
Ironisnya, perusahaan tambang disinyalir menyembunyikan data keanekaragaman hayati demi aktivitas penambangan. Padahal, tanpa merusak habitat spesies secara permanen pun, penambangan menciptakan polusi dan merusak lingkungan sekitar.
Adapun, kera besar di Afrika Barat yang paling terancam terletak di Liberia, Sierra Leone, Mali, dan Guinea. Daerah yang merupakan zona kepadatan kera tersebut tumpang tindih dengan wilayah tambangan">pertambangan yang ramai saat ini.
Di Guinea, misalnya, aktivitas tambangan">pertambangan diperkirakan berdampak pada lebih dari 23 ribu ekor simpanse, yang merupakan 83% populasi kera besar di wilayah itu.
"Saat ini, penelitian terhadap spesies lain menunjukkan penambangan merugikan kera lewat polusi, hilangnya habitat, peningkatan perburuan, dan penyakit," ungkap Peneliti Re:wild sekaligus penulis studi Jessica Junker, dilansir earth.com, Jumat (5/4).
"Kurangnya pembagian data yang dilakukan oleh proyek tambangan">pertambangan menghambat pemahaman ilmiah kami tentang dampak sebenarnya terhadap kera besar dan habitat mereka," lanjut Junker.
Tenekwetche Sop, penulis studi lainnya, mendesak perusahaan tambang yang beroperasi untuk memiliki skema mitigasi dan kompensasi yang memadai untuk menekan dampak.
Wartawan : Gungsri Adisri
Penulis : Gungsri Adisri
Komentar